Menyesuaikan Ancaman
Tornado pada awalnya dikembangkan untuk skenario Perang Dingin. Pada prinsipnya, tujuannya adalah untuk dapat melawan setiap serangan dari Pakta Warsawa. Persyaratan untuk pesawat baru ini sangat tinggi karena akan digunakan melawan musuh yang memiliki kekuatan udara yang sangat kuat.
“Ini akan menjadi sebuah pesawat yang akan menggabungkan semua kemampuan armada angkatan udara ke dalam satu badan pesawat tunggal,” kata Degel. “Ini akan menjadi pesawat tempur multi-peran semua cuaca, tingkat rendah, penetrasi kecepatan tinggi ke wilayah musuh.”
Tantangan ini sangat besar kala itu yang akhirnya memunculkan sejumlah besar teknologi dan teknik baru dalam desain pesawat, termasuk sayap geometri variabel, sistem digital, dan penggunaan bahan titanium. Kemampuan semua cuaca baik siang dan malam, stabilitas dan hemat bahan bakar di tingkat terbang rendah juga menjadi persyaratan yang diajukan. Pesawat awalnya juga harus bisa mendarat dan lepas landas pada landas pacu pendek yakni 800 meter.
Sepuluh tahun setelah karya desain dimulai, Tornado pertama diperkenalkan ke layanan pada tahun 1979. Pesawat lahir mengesankan banyak orang.
Ketika kemudian Tembok Berlin runtuh dan Perang Dingin berakhir pada tahun 1989, ancaman berubah. Kekuatan besar di Timur tidak lagi menjadi perhatian utama. Sebaliknya, skenario sekarang terkait dengan ancaman individu dari daerah masing-masing. Dan ketika ancaman berubah, Tornado dan bisnis Panavia juga harus beradaptasi.
“Hal pertama yang terjadi adalah bahwa angkatan udara yang terlibat secara dramatis mengurangi ukuran armada mereka,” kenang Degel. “Jerman, misalnya, dari rencana tiga ratus Tornado hanya menjadi 85. Tentu, ini mempengaruhi bisnis dan operasi Panavia, belum lagi industri pemasok kami.” Bisnis menyusut, tapi kemudian upgrade Tornado diperlukan karena perubahan geopolitik baru-baru ini.
Pesawat ini sekarang akan digunakan dalam misi presisi daripada serangan balik atau peran defensif. Karena kemampuan terbang tingkat rendah tidak lagi dianggap prioritas, maka perlu Tornado dikembangkan menjadi pesawat serangan tingkat menengah.
“Senjata baru dan teknologi baru harus terintegrasi,” kata Degel. “Ini memiliki efek positif pada Panavia dan industri yang terhubung dengan produksi Tornado.”
Awalnya, hanya perusahaan-perusahaan Eropa yang terlibat dalam proyek Tornado, dengan tujuan untuk mendukung pengembangan industri kedirgantaraan militer Eropa. Bahkan saat ini, lebih dari 90% dari pesawat ini masih diproduksi dengan knowhow Eropa, yang melibatkan lebih dari 200 pemasok utama dan perusahaan mitra.
Pada tahun 1990, Saddam Hussein menyerbu Kuwait, dan Tornado dipekerjakan dalam pertempuran untuk pertama kalinya. Tornado yang telah berubah menjadi pesawat serang tingkat rendah itu memiliki kemampuan serangan presisi dengan senjata dipandu, sementara kemampuan pengintaian dan pengawasan juga telah ditingkatkan. Sejak itu, Tornado telah digunakan dalam konflik di bekas Yugoslavia, Irak, Libya, Afghanistan, Yaman, dan belakangan di Suriah.