Pasukan Irak mulai menyerang Kota Tua Mosul yang masih dikuasai ISIS pada hari Minggu 18 Juni 2017. Sebuah serangan yang mereka harapkan akan menjadi yang terakhir dalam kampanye delapan bulan untuk merebut benteng militan tersebut.
Distrik bersejarah tersebut adalah wilayah terakhir yang masih dikendalikan ISIS yang dulunya adalah ibu kota mereka di Irak. Ini adalah wilayah padat penduduk dengan gang-gang sempit yang akan menjadikan pertempuran dilakukan dari rumah ke rumah.
Sekitar 100.000 warga sipil masih tetap terjebak di sana , dengan sedikit makanan, air dan obat-obatan dan akses terbatas ke rumah sakit
“Ini akan menjadi saat yang mengerikan bagi sekitar 100.000 orang yang masih terjebak di Kota Tua Mosul. Mereka sekarang berisiko terjebak dalam pertempuran sengit yang akan datang,” kata Komite Penyelamatan Internasional (International Rescue Committee – IRC) PBB dalam sebuah pernyataan Minggu.
Letnan Jenderal Abdul Ghani al-Assadi, komandan unit elit kontra terorisme (CTS) Irak yang memimpin di awal serangan tersebut mengatakan pertempuran kali ini akan menjadi bab terakhir bagi upaya merebut Mosul.
Koalisi internasional yang dipimpin Amerika memberikan dukungan udara dan darat untuk kampanye tersebut.
Pemerintah Irak pada awalnya berharap akan bisa mengambil alih Mosul pada akhir tahun 2016, namun kampanye tersebut memakan waktu lebih lama karena gerilyawan bercampur dengan warga sipil.
ISIS juga menggunakan bom bunuh diri mobil dan sepeda motor, jebakan dan sniper serta tembakan mortir ke pasukan.
“Bangunan-bangunan di kota tua sangat rentan runtuh bahkan jika tidak ditargetkan secara langsung, yang dapat menyebabkan kematian lebih banyak dari ratusan orang yang telah terbunuh sejauh ini dalam serangan udara di seluruh kota lainnya,” kata IRC.
Komandan CTS Mayor Jenderal Maan Saadi mengatakan kepada televisi pemerintah Irak pihaknya akan bekerja dengan sangat hati-hati. “Kami berusaha sangat berhati-hati, hanya menggunakan senjata ringan dan menengah untuk menghindari korban di kalangan warga sipil.”
Ratusan warga sipil tewas di dekat garis depan dalam tiga minggu terakhir saat melarikan diri dari Kota Tua, karena pasukan Irak tidak dapat sepenuhnya mengamankan koridor keluar.
“Kami mengharapkan ribuan keluarga melarikan diri dari Kota Tua, kami membuat semua persiapan untuk mengevakuasi mereka dari garis depan,” kata kolonel Salam Faraj kepada Reuters.