
Pentagon dan terutama Angkatan Udara mengandalkan hampir secara eksklusif pada kemampuan siluman F-35 untuk berhasil dalam misinya.
Tetapi dibandingkan F-117 dan F-22, kemampuan stealth F-35 sangat berkurang. Pesawat juga bukan berarti menghilang sepenuhnya. Pesawat hanya akan terlihat lebih kecil di radar – mungkin seperti burung dan bukan pesawat, tetapi tetap terlihat.
F-35 dirancang untuk menghindar dari radar terutama di gelombang X-band, rentang frekuensi radar yang paling umum digunakan untuk penargetan dalam pertarungan udara ke udara. Pada frekuensi radar lainnya, F-35 tidak begitu tersembunyi, sehingga rentan dilacak dan ditembakkan menggunakan rudal lama atau bahkan kuno.
Bahkan pada tahun 1999, di mana teknologi siluman masih sangat awal, Angkatan Udara Amerika tidak bisa mencegah pesawat F-117 mereka yang terbang di atas Kosovo untuk dilacak bahkan ditembak jatuh dengan radar Soviet rudal permukaan ke udara dan dan yang sudah usang.
Hampir dua dekade sejak itu, kejadian tersebut telah dipelajari secara mendalam tidak hanya oleh Amerika namun juga oleh musuh potensial yang mencari kelemahan pesawat siluman.
Tentu saja, radar bukanlah satu-satunya cara untuk menemukan dan menargetkan pesawat terbang.
Seseorang juga dapat menggunakan emisi infra merah pesawat terbang, yang diciptakan oleh panas yang dihasilkan gesekan saat terbang melintasi udara, bersamaan dengan mesinnya yang panas.
Beberapa negara, khususnya Rusia, memiliki sistem pencarian dan pelacakan inframerah yang sangat baik, yang dapat menemukan dan menargetkan pesawat musuh dengan presisi tinggi, terkadang menggunakan laser untuk mengukur jarak yang tepat, namun tanpa memerlukan radar.
Ini juga sangat umum terjadi dalam pertempuran udara ke udara karena pesawat yang berlawanan cukup dekat sehingga pilot mereka bisa saling melihat. Ukuran F-35 akan terlihat sama seperti pesawat lain.
Lockheed Martin dan Pentagon mengatakan superioritas F-35 atas saingannya terletak pada kemampuannya untuk tetap tidak terdeteksi, memberikannya ‘first look, first shot, first kill’.
Hugh Harkins, seorang penulis yang sangat dihormati di pesawat tempur militer, menyebut ‘a marketing and publicity gimmick’ di bukunya “Russia’s Sukhoi Su-35S, a potential opponent of the F-35.”
Dia juga menulis, “secara riil pesawat terbang di kelas F-35 tidak dapat bersaing dengan Su-35S untuk keluar dari pertunjukan seperti kecepatan, pendakian, ketinggian, dan kemampuan manuver.”
Kritikus lainnya bahkan lebih keras lagi. Pierre Sprey, anggota cofounding dari apa yang disebut ‘mafia tempur’ di Pentagon dan co-designer F-16, menyebut pesawat F-35 sebagai ‘sebuah pesawat yang mengerikan’ yang merupakan produk ‘sangat bodoh’.
Dia mengatakan F-35 kemungkinan akan kalah dalam pertarungan jarak dekat dengan MiG-21 yang terawat baik, tempur rancangan Soviet tahun 1950an.
Robert Dorr, seorang veteran Angkatan Udara, diplomat karier dan sejarawan tempur militer, menulis dalam bukunya ‘Air Power Abandoned,’ bahwa ‘F-35 menunjukkan berulang kali bahwa ia tidak dapat memenuhi janji yang dibuat. Itu benar-benar buruk.”
Lantas apa sebenarnya yang salah dari program ini? Pangkal masalahnya adalah Pentagon sangat berambisi membuat satu pesawat dengan semua kemampuan untuk semua layanan. Amerika ingin Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Marinir menerbangkan pesawat yang sama. Padahal jelas mereka membutuhkan pesawat dengan karakter yang sangat berbeda.
F-35 mungkin memang memiliki semua kemampuan, tetapi karena terlalu dipaksakan akhirnya kemampuan itu tidak ada satupun yang maksimal.