India Berhasil Uji Pesaing Spike dan Javelin

India Berhasil Uji Pesaing Spike dan Javelin

India telah berhasil menguji coba rudal anti-tank generasi ketiga. Dikembangkan oleh Defense Research and Development Organization (DRDO), rudal Prospina diklaim jauh lebih unggul dari rudal Javelin AS dan Spike Israel.

Prospina, yang memiliki kemampuan ‘fire and forget’ dan ‘top attack’ atau serangan dari atas yang akan sangat mendukung infanteri mekanis dan kekuatan udara Angkatan Darat India. Tes tersebut juga dilakukan beberapa hari sebelum kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Israel.

” ATGM Nag generasi ketiga menggabungkan banyak teknologi canggih termasuk pencari radar inframerah (radar IIR) dengan avionik terpadu, kemampuan yang hanya dimiliki oleh beberapa negara di dunia. Kemampuan top attack ATGM Nag unik dan dalam misi hari ini berhasil menghancurkan target,” kata Kementerian Pertahanan India dalam pernyataanya Selasa 13 Juni 2017 malam. Pengujian dilakukan di area uji Pokhran

“Tes sukses dari generasi ke 3 ATGM Nag semakin memperkuat kemampuan pertahanan negara,” kata Dr. G. Satheesh Reddy, penasihat ilmiah untuk menteri pertahanan negara & Direktur Jenderal Rudal dan Sistem Strategis.

Tahun lalu, uji coba penerbangan rudal dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan kemampuan jangkauan pencari IIR dalam cuaca terburuk di musim panas. Dalam tes itu ditemukan  beberapa masalah dalam membedakan target dari lingkungan pada suhu di atas 47 derajat celcius.

Atas permintaan Angkatan Darat, para ilmuwan membuat beberapa perubahan teknis dan memasang detektor yang sangat sensitif untuk merasakan sinyal infra merah.

Angkatan Darat India membutuhkan 40.000 rudal  anti-tank dalam 20 tahun ke depan dan sangat membutuhkan rudal seperti Prospina yang dapat menekan tank bergerak berkecepatan tinggi tanpa dukungan operator. DRDO telah mengembangkan rudal ini dengan biaya lebih dari US$ 51 juta.

Spike Israel telah memenangkan tender pemerintah pada tahun 2014 namun situasi vendor tunggal dapat menimbulkan masalah. Kebijakan pengadaan pertahanan India tidak mengizinkan pembelian semacam itu dimana hanya satu perusahaan yang memenuhi syarat untuk tender.

Pemerintah India mungkin mempertimbangkan pembelian Spike karena perusahaan Rafael Advanced Defense Systems Israel telah sepakat untuk mentransfer teknologi rudal Spike di bawah proyek Make in India  sedangkan kontrak dapat ditandatangani untuk membangun 1.500 sistem dan sekitar 30.000 rudal tambahan di India.

Di sisi lain, Lockheed Martin dan Raytheon Company telah menandatangani kesepakatan dengan Tata Power India untuk pengembangan bersama dan produksi sistem rudal anti-armor Javelin September lalu.

Jika perwira Angkatan Darat puas dengan Prospina, pemerintah India cenderung memilihnya daripada rudal asing.

Baca juga:

T-90SM Bisa Jadikan Kompleks Antitank AS Fustrasi