Amerika Akui Tidak Menang di Afghanistan
Pasukan Amerika di Afghanistan /Wikipedia

Amerika Akui Tidak Menang di Afghanistan

Amerika Serikat akhirnya mengakui mereka tidak menang dalam Perang Afgahanistan seperti yang digembar-gemborkan sebelumnya.

Perang terpanjang dalam sejarah Amerika itu masih jauh dari selesai.

“Kita tidak menang di Afghanistan saat ini,” kata Menteri Pertahanan AS Jim Mattis di Washington dalam satu acara dengar pendapat di Kongres, Selasa 13 Juni 2017

“Dan kita akan memperbaiki ini sesegera mungkin.”

Menurut Mattis, Pentagon mendefinisikan menang di Afghanistan sebagai situasi tempat Pemerintah Afghanistan, dengan bantuan internasional, akan bisa menangani kerusuhan dan menurunkannya ke tingkat pasukan keamanan lokal dapat menanganinya.

“Itu barangkali akan memerlukan kekuatan tambahan yang melakukan pelatihan dan pemeliharaan kemampuan tinggi,” kata Mattis dilansir Reuters.

“Ini akan menjadi era bentrokan kecil sering terjadi dan ini akan memerlukan perubahan dalam pendekatan kita dari beberapa tahun belakangan kalau kita mau menempatkannya pada posisi itu.”

Mattis bukan pejabat senior pertama Pemerintah Presiden AS Donald Trump yang secara terbuka memperingatkan prospek suram bagi situasi keamanan di Afghanistan.

Direktur Intelijen Nasional AS Dan Coats pada Mei juga memperingatkan bahwa situasi keamanan di Afghanistan sangat mungkin akan memburuk pada masa depan sekalipun Amerika Serikat dan sekutunya memberi bantuan militer tambahan.

Peringatan tersebut disampaikan saat Trump dilaporkan sedang mempertimbangkan apakah akan mengirim tambahan ratusan prajurit AS ke Afghanistan, atau tidak.

Mantan presiden AS Barack Obama pernah berencana mengurangi jumlah tentara AS saat ini, 9.800 personel, di Afghanistan jadi sebanyak 5.500 personel sampai akhir 2015 dan menarik semua tentara AS pada akhir 2016, ketika masa jabatan presidennya berakhir.

Namun, mengingat situasi keamanan yang memburuk di Afghanistan, Pemerintah Obama berulangkali menunda penarikan itu.

Saat ini, ada sebanyak 8.400 prajurit AS dan sebanyak 5.000 personel lagi dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di lapangan di Afghanistan untuk melatih dan membantu pasukan Afghanistan menghadapi Taliban, serta melakukan misi kontra-terorisme.