Beberapa waktu lalu, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington mengadakan diskusi mengenai program persenjataan militer Rusia dan bagaimana bentuk Angkatan Bersenjata Rusia pada tahun 2035.
Para ahli mengemukakan bahwa kemampuan masa depan militer Rusia akan sangat bergantung pada seberapa berhasil Moskow mengganti senjata era Soviet dengan yang modern. Namun mereka sepakat bahwa Rusia membuat kemajuan dalam modernisasi kekuatan militernya dan tidak hanya bergantung pada pencegahan nuklir.
Diskusi tersebut melibatkan Michael Kofman, spesialis urusan militer Rusia di Center for Naval Analysis, Tomas Malmlöf, seorang ilmuwan politik dengan Swedish Defense Research Agency (FOI) dan Olga Oliker, direktur CSIS untuk program Rusia dan Eurasia.
Senjata Masa Depan
Analis Barat menggarisbawahi bahwa saat ini Rusia terus menggunakan sistem senjata yang berasal dari era Soviet, termasuk rudal jelajah Kalibr dan sistem pertahanan rudal Iskander.
Namun, pada tahun 2035, militer Rusia mengharapkan untuk menerima senjata generasi berikutnya yang benar-benar baru, termasuk sistem pertahanan rudal S-500, rudal hipersonik Tsirkon, pembom siluman PAK-DA dan mesin baru untuk jet tempur generasi kelima T-50 (PAK FA).
Yan Novikov, CEO produsen pertahanan Almaz-Antey Rusia, baru-baru ini mengatakan bahwa dalam waktu dekat perusahaan akan menyelesaikan tes hulu ledak pencari sasaran untuk sistem rudal S-350 Vityaz dan sistem pertahanan udara angkatan laut. Selain itu, perusahaan tersebut melakukan tes rudal pencegat dipandu untuk sistem pertahanan rudal S-500.
Pada bulan April, dilaporkan bahwa rudal anti-kapal Tsirkon 3M22 terbaru mencapai kecepatan 8 Mach (delapan kali lebih cepat dari kecepatan suara) selama tes. Produksi rudal tersebut diperkirakan akan diluncurkan pada 2017. Admiral Nakhimov dan kapal penjelajah rudal Pyotr Veliky akan menjadi yang pertama menerima senjata baru tersebut.
Pada tanggal 20 Mei, Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin mengatakan bahwa Rusia telah memulai pembangunan pembom jarak jauh PAK DA, dengan jadwal uji coba pertama yang dijadwalkan pada 2025-2026.
Mengenai mesin baru jet T-50, Alexander Artyukhov, wakil CEO United Engine-Manufacturing Corporation, mengatakan bahwa tesnya diharapkan dimulai pada kuartal keempat tahun 2017. Tes penerbangannya dijadwalkan pada tahun 2020.

Serangan Jarak jauh
Ke depan, Rusia akan fokus pada pengembangan senjata serangan jarak jauh, termasuk peluru kendali dan presisi. Idenya adalah untuk bisa menyerang agresor potensial pada rentang yang jauh.
“Mereka bekerja untuk pencegahan oleh hukuman, itulah potensi serangan jarak jauh ini. Kemampuan untuk membalas dan menyerang dengan senjata konvensional, bukan senjata nuklir,” kata Kofman seperti dikutip oleh National Interest.
Tahun lalu, Boris Obnosov, CEO Tactical Missile Weapons Corporation, mengatakan bahwa perusahaan tersebut mengembangkan rudal dengan jarak yang lebih jauh dari rudal jelajah Kalibr, yang digunakan untuk melawan target di Suriah.
Apalagi rudal jelajah jarak jauh Kh-101 saat ini sedang menjalani modernisasi. Rudal ini diperkirakan akan memiliki jangkauan yang lebih jauh dan presisi lebih meningkat.
Obnosov juga mengatakan bahwa keputusan tersebut telah dibuat untuk melanjutkan produksi pembom modern, yang dilaporkan oleh media dengan nama “Tu-160M2.” Pesawat akan menerima sistem elektronik baru, peluncur modern dan mesin yang diupgrade.