Jepang Percepat Adopsi Aegis Berbasis Darat
Sistem pertahanan Aegis berbasis darat

Jepang Percepat Adopsi Aegis Berbasis Darat

Duduk di dekat negara dengan kekuatan nuklir dan sulit diprediksi seperti Korea Utara mau tidak mau menjadikan Jepang tidak nyaman. Negara ini terus berusaha meningkatkan kemampuan mereka untuk menangani serangan rudal yang bisa sewaktu-waktu dilakukan oleh Pyongyang.

Salah satu langkah terbaru yang dilakukan Tokyo adalah Jepang untuk mempercepat studi kelayakan untuk mengadopsi sistem Aegis berbasis darat.

Sumber militer Jepang sebagaimana dilaporkan Japan Times Sabtu 29 April 2017 mengatakan gagasan  untuk menambahkan sistem Aegis Ashore ke pertahanan rudal balistik multi-tier  bertujuan untuk menghadapi apa yang disebut Tokyo sebagai “tingkat ancaman baru” yang muncul dari program senjata Korea Utara. Penyebaran bisa dilakukan beberapa tahun dari sekarang.

Pemerintah juga mempertimbangkan untuk mengadopsi sistem perisai rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) Amerika, namun  fokus masih pada pada Aegis Ashore, yang harganya lebih murah dan memiliki jangkauan pertahanan yang lebih luas.

Namun, pemerintah belum sepenuhnya menolak untuk mengadopsi THAAD, yang saat ini juga sedang diinstal oleh Korea Selatan.

Menurut sumber, THAAD menghabiskan biaya sekitar ¥ 125 miliar atau sekitar Rp15 triliun  untuk setiap unit, dan Jepang membutuhkan sekitar enam unit untuk melindungi seluruh negara. Sementara Unit Aegis Ashore berharga sekitar ¥ 80 miliar atau sekitar Rp9 triliun dan hanya membutuhkan dua untuk mencakup area yang sama.

Saat ini Jepang dilindungi dua lapis sistem pertahanan rudal balistik. Yang pertama adalah kapal perusak Aegis Angkatan Laut Jepang  yang dilengkapi rudal  Standard Missile-3 yang dapat menghentikan proyektil musuh di luar atmosfer. Jika mereka gagal, rudal pencegat antara ke udara dipandu yang dibawa jet tempur Jepang akan menjadi garis pertahanan selanjutnya.

Aegis Ashore menggunakan komponen yang sama seperti kapal perusak Aegis, namun karena sistemnya berbasis darat dan dipasang secara permanen, akan lebih mudah bagi Pasukan Bela Diri Jepang untuk bersiap menghadapi serangan rudal.

Lahan luas  dibutuhkan untuk menjadi tuan rumah sistem tersebut, dan pemerintah sedang mencari kandidat lokasi yang mencakup wilayah di sepanjang Laut Jepang, yang menghadap Korea Utara.

Pada tanggal 6 Maret, Korea Utara menguji empat rudal balistik yang jatuh ke Laut Jepang sekitar 300 sampai 350 km timur Prefektur Akita.

Menurut Kementerian Pertahanan, tiga di antaranya berada dalam zona ekonomi eksklusif Jepang, yang mencapai sekitar  370 km dari garis pantai.