Rusia tidak mundur dari posisinya mendukung pemerintah Suriah. Moskow menegaskan siap memberikan sistem pertahanan udara yang dibutuhkan Damaskus jika kesepakatan semacam itu tercapai.
Pada Jumat 21 April 2017, Presiden Suriah Bashar Assad mengatakan kepada Sputnik dalam sebuah wawancara bahwa Damaskus tertarik pada sistem pertahanan udara generasi terbaru Rusia karena lebih dari 50 persen senjata pertahanan udara Suriah telah dihancurkan oleh pemberontak.
Dia menambahkan bahwa Moskow dan Damaskus sedang mengadakan pembicaraan mengenai pasokan sistem pertahanan udara tambahan ke Suriah yang dilanda perang.
“Jumlah yang diperlukan dari sistem pertahanan udara dapat dipasok secara prioritas, namun tidak akan memberi beban tambahan untuk industri pertahanan,” kata ketua komite keamanan dan pertahanan majelis tinggi Rusia Viktor Ozerov kepada Sputnik Sabtu 22 April 2017.
Ozerov mengatakan tidak ada yang istimewa dari pengiriman semacam itu selama kesepakatan tercapai. “Karena Suriah sedang berperang dengan teroris dan Rusia membantunya memerangi teror.”
Pasukan pemerintah Suriah saat ini memiliki sistem rudal permukaan ke udara buatan Soviet yang juga dikenal sebagai SA-5. Kompleks pertahanan udara Soviet ditujukan untuk mempertahankan ruang besar dari pembom dan pesawat strategis musuh lainnya.
“Ini tidak akan melanggar norma-norma hukum internasional atau Dewan Keamanan PBB karena sistem pertahanan udara adalah senjata defensif,” kata senator Rusia itu.
Ketika diminta untuk mengomentari pernyataan Assad, juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan bahwa dia tidak dapat berkomentar mengenai masalah tersebut.
Kebutuhan Damaskus dalam sistem pertahanan udara modern tampaknya didorong oleh peluncuran rudal jelajah Tomahawk di AS di lapangan terbang militer Suriah di Ash Sha’irat, yang terletak sekitar 40 kilometer dari kota Homs pada 7 April 2017.
Presiden Donald Trump mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan tanggapan terhadap dugaan penggunaan senjata kimia di Idlib, Suriah yang mereka yakini dilakukan pemerintah Suriah.
Damaskus telah membantah memiliki senjata kimia karena semua telah dihancurkan pada pertengahan 2014 di bawah pengawasan PBB. Rusia menggambarkan serangan rudal tersebut sebagai sebuah agresi terhadap sebuah negara berdaulat.