Kementerian Luar Negeri Rusia merasa bingung kenapa sampai saat ini tidak ada langkah serius yang diambil untuk menyelidiki dugaan insiden kimia di Khan Shaykhun.
“Laporan [tentang dugaan serangan kimia di Khan Shaykhun] dimulai 15 hari yang lalu namun belum ada langkah yang diambil untuk menyelidiki kejadian ini,” kata Direktur Departemen Pengendalian dan Pengawasan Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia Mikhail Ulyanov dalam pidato di Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) Selasa 19 April 2017.
“Kami tidak mendengar tentang perwakilan OPCW yang mengunjungi daerah Khan Shaykhun,” tambahnya
Ulyanov menunjukkan bahwa semua tuduhan penggunaan senjata kimia oleh Damaskus tidak beralasan karena hanya didasarkan pada data yang tersedia di media sosial. Pada saat yang sama, menurut diplomat Rusia tersebut, perwakilan beberapa negara bertindak seolah-olah tahu keadaan seputar kejadian tersebut, dan juga pihak yang bertanggung jawab.
“Dalam hal ini, artikel Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson di Telegraph adalah penting di mana dia mengatakan bahwa ‘ini kemungkinan besar adalah serangan oleh Assad’ Artinya, Menteri Luar Negeri Inggris tidak sepenuhnya yakin. Lalu mengapa teman kami Inggris membuat pernyataan tegas semacam itu di tingkat internasional? ” Kata Ulyanov.
Dia juga mengecam Washington karena klaimnya untuk memastikan bahwa Damaskuslah yang harus disalahkan. “Inilah yang oleh rekan-rekan di Amerika kita sebut sebagai kasus buruk déjà vu. Kami mendengar mereka mengatakan hal yang sama 14 tahun yang lalu, menjelang invasi militer di Irak,” diplomat Rusia tersebut mencatat.
Insiden senjata kimia yang diduga terjadi di kota Khan Shaykhun, Idlib Governorate, terjadi pada tanggal 4 April. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, pada hari itu angkatan udara Suriah mengirim serangan udara ke beberapa fasilitas militan dimana amunisi yang berisi zat beracun sedang dibuat. .
Namun, Washington sampai pada kesimpulan bahwa Damaskus telah menggunakan senjata kimia yang menyebabkan Amerika kemudian melakukan serangan rudal ke sebuah pangkalan udara militer Suriah pada tanggal 7 April.
Rusia siap untuk melakukan konsultasi dengan AS sebelum pemungutan suara OPCW atas usulan insiden tersebut. “Sebelum membuat draft untuk pemungutan suara, semua kemungkinan untuk mencapai konsensus harus tuntas,” kata Ulyanov. “Kami siap konsultasi intensif dengan segera untuk tujuan itu, termasuk dengan delegasi AS,” katanya.
“Jika Amerika memang tertarik untuk membangun kebenaran dengan melakukan penyelidikan yang serius dan cepat, kami memiliki kesempatan untuk mencapai kesepakatan,” kata diplomat tersebut sebagaimana dilansir TASS Kamis 20 April 2017. “Jika tidak, hampir tidak ada ruang untuk mencari solusi yang dapat diterima bersama.”