Ketika Korea Utara meluncurkan satelit Kwangmyongsong-4 ke ruang angkasa pada bulan Februari tahun lalu, para pejabat negara tersebut menggambar-gemborkan sebagai keberhasilan besar untuk hadiah ulang tahun Kim Jong Il, ayah Kim Jong un. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa peluncuran itu telah memberi hadiah besar bagi negara-negara yang menjadi lawan mereka. Intelijen negara asing mendapat harta karun beruba bagian-bagian roket yang jatuh ke Laut Kuning.
Seluruh bagian dari roket pendorong bisa diambil oleh angkatan laut Korea Selatan dan kemudian diteliti oleh para ahli senjata internasional untuk mencari petunjuk tentang program rudal Korea Utara. Seiring dengan motor bagian dan kabel, peneliti dilihat pola. Banyak komponen kunci roket dadalah buatan luar negeri, yang diperoleh dari perusahaan yang berbasis di Cina.
Tim ahli PBB dalam laporan yang dirilis April 2017 lalu menyimpulkan komponen itu menunjukkan pentingnya penggunaan teknologi tinggi yang bersumber dari asing dalam membangun rudal Korea Utara. Ketika pejabat PBB menghubungi perusahaan China yang terlibat untuk bertanya tentang bagian-bagian tersebut, kata laporan itu, mereka hanya diam.
Hubungan yang kompleks antara China dengan Korea Utara menjadi topik utama selama kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Amerika pekan lalu. Pemerintah Trump mendesak untuk menerapkan lebih banyak tekanan pada Pyongyang guna menghentikan pembangunan senjata nuklir dan sistem pengiriman jarak jauh.
Namun Menurut mantan pejabat AS, PBB dan ahli senjata independen, meskipun upaya China untuk mengendalikan perilaku provokatif Korea Utara, perusahaan China terus bertindak sendiri dengan memasok rezim komunis terisolasi itu dengan teknologi dan perangkat keras yang memungkinkan rudal bisa terbang.
Para pejabat dan ahli sebagaimana dikutip Washington Post Kamis 13 Aprirl 2017, bantuan pribadi termasuk software sensitif dan barang-barang lainnya yang secara khusus dilarang untuk diekspor ke Korea Utara di bawah sanksi Dewan Keamanan PBB.
China secara resmi membantah tentang laporan ekspor ielgal teresbut, tetapi penyelidikan menunjukkan produk yang dilarang dikirim secara pribadi ke Korea Utara 18 bulan yang lalu. Masih belum jelas apakah pemerintah China diam-diam menyetujui ekspor atau memang benar-benar tidak tahu.
“Bisa jadi China tidak cukup peduli untuk berbuat banyak tentang hal itu. Kemungkinan kedua adalah bahwa mereka tidak memiliki sistem seperti kontrol ekspor yang kuat. Atau itu bagian dari korupsi,” kata Joshua Pollack, seorang mantan konsultan untuk instansi pemerintah AS pada senjata kontrol dan peneliti senior di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin.
Apa pun alasannya, para ahli mengatakan, aliran produk melalui China telah memungkinkan para insinyur rudal Korea Utara mencapai kemajuan yang signifikan di tengah dia diisolasi oleh banyak negara.
Ketika menghadapi tuduhan tentang ekspor tersebut, para pejabat China biasanya menuntut bukti tingkat tinggi seperti nama dan tanggal yang sulit ditentukan dari bagian roket yang rusak setelah diambil dari air.
“Mereka akan mengatakan,‘beri kita detail,’tetapi dalam banyak kasus kita tidak pernah bisa mengatakan orang dan hari yang tepat” kata pejabat pengawasan senjata non-profelasi yang namanya minta tidak disebutkan.
Roket Unha-3 yang membawa satelit Kwangmyongsong-4 Korea Utara ke orbit pada 7 Februari 2016, adalah salah satu roket paling kuat yang pernah dibangun oleh pemerintah Kim Jong Un ini sekaligus yang paling mengkhawatirkan.
Para pejabat intelijen Amerika dan Korea Selatan telah lama percaya bahwa roket tiga tahap setinggi 100-kaki dirancang sebagai pelopor untuk membawa hulu ledak nuklir yang dapat memungkinkan Korea Utara mengancam kota sejauh Washington.