
Militer Amerika secara rutin terus menempatkan pengendali udara di garis depan dalam perang masa lalu. Awalnya dalam pertempuran untuk Mosul, mereka menggantungkan kepada pasukan Irak untuk menjadi pengendali udara dengan tujuan menghindari menempatkan pasukan Amerika dalam risiko tinggi.
Tetapi dalam beberapa bulan terakhir, komandan Amerika telah mendorong pasukan mereka ke depan untuk membuat serangan lebih responsif terhadap permintaan Irak.
“Kami harus kembali ke apa yang sebenarnya menjadi ajaran perang militer AS untuk operasi ofensif,” kata komandan pasukan AS di Irak dan Suriah, Letnan Jenderal Stephen Townsend, sebagaimana dilaporkan Washington Post Jumat 31 Maret 2017. Townsend mengibaratkan pertempuran sebagai pertempuran terburuk di jalanan sejak Perang Dunia II.
Banyak seperti yang dilakukan pemberontak Chechnya di Grozny, pejuang ISIS telah mengubah Mosul menjadi sebuah benteng, menggali terowongan antara bangunan dan menggunakan jalan-jalan sempit sebagai titik penyergapan.
Dari atas semua bisa terlihat sama. Perbedaan dalam perspektif dapat membuat identifikasi target sangat sulit dan akhirnya menempatkan sejumlah besar tanggung jawab pada drone dengan kemampuan mereka untuk tinggal di udara lebih lama guna mengidentifikasi tempat untuk diserang.
Sebuah artikel 1997 yang ditulis untuk U.S. Air Force’s professional journal mencatat bahwa salah satu takeaways dari pertempuran Grozny 1994-1995 adalah kebutuhan lebih banyak aset tak berawak di atas medan perang. Pada saat itu, Rusia hanya menggunakan sedikit drone pengintai, yaitu Rusia Shmel-1, untuk membantu mengkoordinasikan serangan helikopter.
Lebih dari 20 tahun kemudian, pertempuran untuk merebut Mosul dibanjiri pesawat pengintai. Setelah serangan 17 Maret juru bicara Pentagon mengatakan militer sedang meninjau sekitar 700 feed video untuk memahami apa yang terjadi.
Artikel di jurnal itu juga membuat daftar sejumlah pelajaran penting dari Grozny yang kemudian terbukti terlihat di Mosul. Beberapa poin tersebut antara lain:
- Superioritas udara tidak menjamin kemenangan, bahkan melawan musuh yang tidak memiliki angkatan udara.
- Gerilyawan dapat menggunakan aset teknologi informasi tinggi (telepon selular, dll) dengan mudah seperti tentara modern saat ini, yang memungkinkan mereka untuk dengan cepat menghubungi orang lain, memobilisasi aset, dan mengakses informasi. Rencana untuk menekan kemampuan ini perlu dilakukan di awal.
- Informasi pengintaian tepat waktu dan akurat sangat penting untuk pilot.
- Taktik gerilya harus dipelajari erat.
- Helikopter dan penerbangan serangan frontal harus terintegrasi, dan komandan darat harus belajar untuk bekerja sama dengan dan menempatkan diri sebagai pilot.
- Pelatihan Forward Air Controller harus diintegrasikan ke dalam rencana pelatihan subunit sedini mungkin. FAC harus tetap peka terhadap gerilyawan yang berusaha untuk menyerang, menembakkan atau mencegat posisi mereka.