
Roggio, Managih Editor The Long War Journal, mengatakan upaya itu bentuk baru dari “pertumbuhan imperialisme Rusia” yang juga dimaksudkan untuk melemahkan AS dan NATO.
“Semua tindakan Kremlin ini menunjukkan bahwa Putin lebih peduli membagi dan merusak Barat dari apa pun,” kata Anna Borshchevskaya dari Washington Institute for Near East Policy kepada CNN.
Di Afghanistan, pada masa lalu badan-badan intelijen AS mendukung pemberontakan yang bertujuan untuk mendepak pasukan Soviet. Invasi Uni Soviet ke Afghanistan tahun1979 melibatkan puluhan ribu pasukan darat tetapi berakhir dengan kekalahan Soviet dan penarikan pasukan pada tahun 1989. Hal ini dinilai banyak sejarawan sebagai pemicu jatuhnya Uni Soviet.
Sekarang perwira militer Amerika melihat upaya Rusia berkembang untuk meningkatkan legitimasi Taliban dan melemahkan upaya militer NATO di sana. Rusia tampaknya mengabaikan pelajaran pahit dari invasi sebelumnya atau mungkin melihat hal ini sebagai kesempatan untuk membalas dendam pada Amerika.
Perwira militer Amerika di Eropa, Jenderal Curtis Scaparrotti, bahwa Rusia telah meningkatkan dukungan kepada Taliban Afghanistan, termasuk berpotensi penyediaan pasokan.
“Saya melihat pengaruh Rusia akhir-akhir ini, meningkatkan pengaruh dalam hal hubungan dan mungkin bahkan memberikan pasokan ke Taliban,” kata Scaparrotti kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat. Scaparrotti, yang juga komandan militer NATO, tidak merinci apa saja pasokan yang dimaksudkan.
Moskow membantah tuduhan itu. Zamir Kabulov, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan kepada media pemerintah Rusia Ria Novosti, “Ini adalah klaim yang benar-benar palsu, kami telah bereaksi terhadap ini beberapa kali. Kami tidak dapat menemukan penjelasan lain.”