Jerman dan Airbus Defense and Space tengah bekerja pada tahap awal untuk membangun sebuah pesawat tempur baru yang akan diplot untuk menggantikan pembom tempur Panavia Tornado dan melengkapi armada Eurofighter Typhoon mereka.
Program Bundewehr yang disebut sebagai Future Combat Air System (FCAS) akan cenderung menjadi sistem sistem yang menggabungkan unsur berawak dan tak berawak. Menurut sebuah laporan di IHS Jane, Bundeswehr bertujuan FCAS akan beroperasi dalam kerangka waktu 2030-2040. Dengan demikian, Airbus akan fokus pada teknologi terbaik yang akan tersedia untuk sebuah pesawat yang bisa siap saat itu.
“Pemerintah Jerman meminta Airbus untuk mempertimbangkan alternatif pengganti Tornado yang akan saling melengkapi dengan Eurofighter,” kata Alberto Gutierrez, Kepala Program Eurofighter sebagaimana dikutip National Interest Sabtu 25 Maret 2017.”Pada prinsipnya, itu bisa menjadi sistem kombinasi berawak dan tak berawak .”
Karena jadwal yang relatif singkat, Jerman akan mencoba untuk menggunakan banyak teknologi yang sudah ada untuk program mereka. Konsep awal gambar dari FCAS tampaknya menunjukkan bahwa pesawat baru Jerman akan menggunakan dua mesin dengan karakter siluman, mirip dengan pejuang pesawat tempur generasi kelima lainnya yang mulai muncul di seluruh dunia.
Tidak jelas apakah Jerman akan bekerjasama dengan negara-negara Eropa lainnya untuk mengembangkan FCAS atau bahkan jika Bundestag memiliki uang apakah mereka mampu melakukannya.
Berlin tidak memiliki sarana teknis untuk mengembangkan pesawat sendiri. Industri kedirgantaraan Jerman belum menghasilkan pesawat tempur skala penuh sejak akhir Perang Dunia II. Namun negara ini memiliki basis industri maju dan bisa menyusun kembali kemampuan seperti itu dengan relatif cepat. Yang benar-benar akan jadi masalah adalah bahwa Jerman akan membutuhkan banyak uang untuk mewujdukan rencana tersebut.