
Kemampuan pesawat yang jauh lebih baik juga akhirnya mengurangi jumlah yang diperlukan untuk sebua misi. Selama Perang Dunia II, seratus pembom B-17 akan dikerahkan untuk menyerang target seperti rel kereta api yang luas. Pada tahun 1960, empat pesawat F-4 Phantom akan bisa mencapai target yang sama.
Pada 1980-an, satu, pesawat siluman F-117 bisa melakukan pekerjaan itu sendiri dengan peluang bertahan hidup lebih tinggi. Pada tahun 2020 nanti, sebuah F-35 Joint Strike Fighter, yang lebih siluman akan lebih aman dalam melalukan misi tersebut.
Ok,sebuah pesawat baru yang dua atau tiga kali lebih mahal mungkin akan sebanding dengan dua pesawat lama. Tetapi masalahnya adalah satu pesawat baru tidak mungkin bisa dikirim ke dua tempat secara bersamaan
Ketika armada pesawat Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Marinir AS semakin mungil, tanggungjawab mereka semakin luas. Angkatan Udara Amerika misalnya harus melakukan penyebaran kekuatan secara bersamaan di Eropa Timur, Suriah, Libya, Yaman, Irak, Baltik dan Skandinavia, Laut China Selatan, semenanjung Korea, Mediterania timur, Tanduk Afrika, dan di tempat lain. Lebih sedikit pesawat dan misi lebih sering berarti kinerja pesawat dan awak juga semakin meningkat.
Pada tahun 1984, mantan Wakil Angkatan Darat Norman Augustine menulis, “Pada tahun 2054, seluruh anggaran pertahanan hanya akan membeli satu pesawat. Pesawat ini harus digunakan bersama oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut 3-1 / 2 hari setiap per minggu kecuali untuk tahun kabisat, ketika akan tersedia untuk Marinir hari ekstra. ”
Jika itu terjadi berarti satu pesawat Amerikaa akan menghabiskan dua hari di Eropa, dua hari di Asia, dan tiga hari di Timur Tengah. Tetapi tentu saja itu sebatas teori. Tetapi intinya pesawat canggih tetapi jumlah tidak memadahi juga jadi masalah besar.
Sumber: Popular Mechanic