Sebuah serangan udara yang dilakukan bomber B-1B di Afghanistan 2 Juni 2014 lalu justru mengakibatkan 5 tentara Amerika dan satu tentara Afghanistan meninggal. Apa hasil investigasi dari insiden tersebut?
Tentara Amerika Serikat, yang melancarkan serangan udara pada 9 Juni dianggap tidak mengikuti siasat baku ketika pembom B-1B menjatuhkan dua bom di punggung bukit di Afghanistan selatan. Demikian diungkapkan penyelidik tentara asal Amerika Serikat. Salah tembak itu dapat dihindari jika pasukan negara adidaya itu berhubungan secara memadai dan memahami kemampuan pesawat mereka.
Pasukan Amerika Serikat dan Afghanistan memanggil kekuatan udara sesudah ditembaki di provinsi Zabul. Sekelompok tentara yang bergerak ke tempat lebih tinggi justru dikira sebagai gerilyawan.
Dalam laporan yang diterbitkan 5 September 2014 oleh Komando Pusat Amerika Serikat Jumat yang mengawasi pasukan di Afghanistan menyebutkan B-1B bomber dipanggil untuk memberikan dukungan udara pada akhir gerakan bersama Amerika Serikat-Afghanistan untuk mengganggu kekuatan kelompok gerilyawan di kabupaten Arghandab sebelum pemilihan presiden Afghanistan putaran kedua.
Saat pasukan itu ditembaki, beberapa tentara naik ke tempat lebih tinggi untuk mengatasi gerakan gerilyawan tersebut. “Gerakan pasukan tidak dengan komunikasi yang efektif dengan petugas pengawas serangan udara tersebut. Akibatnya pasukan udara mengira alat berkedip di punggung bukit tersebut sebagai gerakan musuh akhirnya bom dijatuhkan dan salah sasaran,” katanya.
Selain itu, pasukan dalam serangan udara itu salah memahami bahwa sensor pada pembom dapat menandai perangkat inframerah, yang seharusnya menandakan pasukan mitra. “Sementara keadaan tempur rumit itu menyajikan tantangan keadaan, jika satuan tersebut memahami kemampuan sistem, melaksanakan siasat baku, teknik dan aturan serta berkomunikasi secara efektif, kejadian menyedihkan itu dapat dihindari,” kata laporan tersebut.
Kendati kehilangan tentara Amerika Serikat dan Afghanistan, gerakan itu mengganggu kegiatan pemberontak dan meningkatkan keamanan sebelum pemilihan presiden Afghanistan putaran kedua, kata penyelidikan yang dipimpin Mayor Jenderal Angkatan Udara Jeffrey Harrigian
Sumber: Whastington Post