Selama Perang Dingin, Angkatan Udara AS bereksperimen dengan ide gila untuk mengganti ban bomber terberat mereka dengan roda tank.
B-36 Peacemaker adalah pesawat terbesar yang pernah dibangun oleh Amerika. Awalnya dirancang sebelum serangan Pearl Harbor, B-36 seharusnya menjadi bomber lintas laut yang bisa menjatuhkan 10.000 pon persenjataan di Berlin atau Jepang dengan lepas landas dan mendarat di AS Saat terbang pada rute yang lebih pendek pesawat bisa membawa sebanyak 86.000 pound.
B-36 dikembangkan selama Perang Dunia II tapi terlambat masuk perang. Pembom pertama meluncur enam hari setelah Jepang menyerah. Tapi kemampuan pesawat, membawa 10.000 pon persenjataan ke target yang berjarak ribuan mil jauhnya, membuat pesawat sempurna untuk peran serangan nuklir dalam Perang Dingin.
Ada satu masalah besar. B-36 sangat berat yakni sekitar 419.000 pound ketika bersenjata lengkap. Dan berat itu awalnya dibebankan hanya pada dua ban kecil di depan dan dua ban yang lebih besar di bawah sayap.
Benan pada setiap ban begitu besar, yang menjadikan Peacemaker berisiko tenggelam ke beton jika mereka diparkir terlalu lama di lapangan terbang.
Jadi Angkatan Udara mencoba solusi baru. Mereka memasang tapak tank pada landing gear di bawah hidung dan kedua sayap pesawat, sehingga berat badan akan tersebar di area yang jauh lebih besar.
Tes awal dari sistem ini berhasil, tetapi Angkatan Udara membatalkannya dan memilih untuk fokus pada peningkatan landasan daripada menempatkan sistem besar pada produksi B-36. Mereka juga membangun pesawat dengan empat roda kecil di bawah setiap sayap bukan satu ban besar tunggal, yang juga membantu mengurangi tekanan per inci persegi di lapangan udara.
Masalah berat juga dialami B-47, penerus Peacemaker. B-47 yang dikirim selama krisis Rudal Kuba tenggelam ke beton di Logan Airport di Boston, Massachusetts, dan pilot harus menyewa seorang sopir truk derek untuk menarik mereka keluar dari lubang.