Jatuhnya Perancis pada tahun 1940, menjadi salah satu bencana yang paling menentukan pada abad ke-20. Secara logika, hal itu seharusnya tidak terjadi terjadi. Militer Perancis di atas kertas kala itu jauh lebih besar dan memiliki teknologi yang lebih tinggi dibandingkan Jerman.
Salah satu gambaran jelas adalah pada tank Somua S35. Meski sekilas terlihat gemuk dan lucu, S35 adalah salah satu tank terbaik di dunia pada tahun 1940. Ratusan dari mereka beraksi dalam pertempuran Mei 1940, tetapi hasilnya minim.
S35 memiliki senjata berat dan setara dengan tank Jerman seperti Panzer I dan II dan ditambah dengan sejumlah kecil Panzer III dan IV.
Produsen truk yang berbasis di Saint-Ouen Somua mulai mengembangkan S35 pada tahun 1934. Meski memiliki kekurangan, tank dibangun dengan kekuatan dan daya tembak. S35 memiliki frontal armor lambung 47 milimeter dan lapisan di menara dan sisi 40-42 milimeter. Sebuah meriam milimeter 47 menjadi senjata utamanya yang pada tahun 1940 sudah sangat tangguh.
Sekilas ada sedikit kemiripan bentuk dengan tank Sherman Amerika, tetapi lambung S35 lebih tangguh karena merupakan lambung cor. Namun, desain lambung ini membuat S35 lebih mahal dan memakan waktu lebih lama untuk memproduksi dibandingkan tank dengan lambung dilas seperti T-34.
S35 adalah tank menakutkan dan lebih mampu dengan setiap tank Jerman pada saat itu. Panzer III memiliki lambung paling tebal 30 milimeter dan meriam milimeter 37, sehingga akan kesulitan untuk mengalahkan S35, terutama di medan pertempuran jarak jauh. Senjata statis anti-pesawat 88 milimeter akan sangat mengancam dive bomber Ju-87 Stuka Jerman.
Tetapi S35 jelas memiliki kelemahan. Selain mahal, lambung gemuk tank menjadi mimpi buruk untuk bergerak di lapangan yang tidak sebanding dengan kecepatan divisi tank Jerman.
Komandan juga harus mengoperasikan meriam dan memerintahkan tank,tetapi menara tidak memiliki lubang untuk kepala keluar hingga mengurangi visibilitas. Keadaan semakin buruk karena empat dari setiap lima S35 kekurangan radio.
Jika Anda tidak bisa berkomunikasi, Anda tidak bisa benar-benar beradaptasi dengan perubahan situasi di medan perang. Jika Anda dapat beradaptasi lebih cepat dari musuh Anda, maka Anda menang.
Dan inilah yang digunakan Jerman mengatasi kelemahan fisik mereka. Militer Jerman unggul dalam organisasi dan taktik, pemberian komando lapangan lebih banyak fleksibilitas dan inisiatif serta komunikasi.
Sialnya, sampai Mei 1940, militer Prancis masih mengikuti pedoman berorientasi defensif yang hampir tidak berubah sejak Perang Dunia I, dengan rencana kaku dan penekanan yang berlebihan pada divisi infanteri.
“Semua manuver dan latihan skala besar yang telah saya dengar mengarah pada kesimpulan bahwa Prancis ingin pasukannya dilatih sedemikian rupa sehingga mereka melakukan gerakan hati-hati dan langkah-langkah yang sangat direncanakan untuk menyerang atau untuk pertahanan berdasarkan pra kondisi yang sudah sangat pasti, ” kata Heinz Guderian, Jenderal Jerman yang menghancurkan pasukan Sekutu di Perancis dalam memoarnya.
Kondisi ini menjadikan pergerakan tank ke medan perang sangat terlambat karena terlalu procedural. “Hanya sebagian kecil dari armor Perancis melakukan penyebaran operasional.”
Hal ini mengingatkan bahwa teknologi tidak akan menyelamatkan tentara Anda, jika Anda masih terjebak dalam pola pikir dari pertempuran perang terakhir.