Serangan Udara Rusia Tewaskan Pasukan Turki, Apa Yang Terjadi?
Su-25/ TASS

Serangan Udara Rusia Tewaskan Pasukan Turki, Apa Yang Terjadi?

Sebuah laporan menyebutkan  serangan udara taktis Rusia di kota Al-Bab, Suriah, 40 kilometer timur laut dari Aleppo yang dilakukan Jumat 10 Februari 2017, telah mengakibatkan “pembunuhan saudara”  dengan merenggut nyawa tiga pasukan darat Turki dan melukai sebelas personil di darat.

Hal ini menunjukkan betapa berbahayanya  bagi pasukan darat untuk beroperasi di dekat target serangan udara. Sedikit saja salah perhitungan senjata yang dilesatkan pesawat akan bisa menjadi malepataka bagi teman sendiri.

Kondisi  cuaca seperti angin dan visibilitas terbatas, malfungsi panduan senjata dan masalah dengan komunikasi dan koordinasi antara pasukan darat dan pesawat serangan semua dapat  berkontribusi terhadap insiden pembunuhan saudara dari serangan udara.

Pertempuran di Suriah juga telah banyak terjadi di tengah perkotaan. Banyakanya bangunan, jalan-jalan sempit dan bentuk bangunan yang identik  membuat penargetan yang akurat dari serangan udara semakin sulit.

Rusia juga telah paling sering menggunakan senjata non-presisi dipandu dalam serangan  di Suriah. Ini juga bisa menjadi masalah.

Salah satu faktor yang mungkin telah memberi kontribusi insiden ini adalah masalah komunikasi  antara pasukan darat Turki dan  aset dukungan udara Rusia. Pasukan Amerika Serikat biasanya  mempekerjakan personel yang terlatih khusus dan menggunakan perlengkapan khusus yang dikenal sebagai “Forward Air Controllers” atau “Tactical Air Control Parties” (TACP). Mereka bertugas  mengkoordinasikan serangan udara ketika mendukung pasukan darat.  Jika Rusia tidak menempatkan  koordinator serangan udara Rusia di darat dengan tentara Turki, ini bisa menjadi faktor penyebabnya.

Area target di tengah perkotaan sangat menyulitkan

Senjata presisi dipandu Rusia secara tradisional adalah  amunisi yang lebih besar, sementara bom yang lebih kecil seperti 100kg dan 250kg belum dipandu. Hal ini bertentangan dengan perkembangan senjata presisisi dipandu kecil Amerika seperti GBU-53 / B small diameters bomb  yang dipandu GPS / INS. Senjata seberat sekitar 113kg ini  telah digunakan oleh F-22 dalam serangan di Suriah .

Amunisi presisi dipandu Rusia berukuran sekitar 500kg termasuk FAB-500 dengan hulu ledak tinggi dan bom  “bunker busting”  AB-500. Hal ini juga akan menjadikan dampak ledakan sangat luas dan bisa membahayakan pasukan Turki yang ada di dekat target serangan.

Senjata dipandu Rusia mengandalkan penargetan satelit GLONASS GPS yang Rusia Inssider “GLONASS satellite constellation  kurang akurat di GPS lintang rendah (barat).” Hal ini menunjukkan sistem Rusia akan optimal untuk menyerang target di daerah utara.

Analis  Japan Times, Robert Burns, menulis, “Langit di atas Suriah memang semakin padat  dan semakin berbahaya. Angkatan udara beberapa negara  menyerang dan sering memiliki lintasan yang berhimpitan dan  kadang-kadang tanpa koordinasi. Dan sekarang, tampaknya risiko konflik sudah muncul”

Kerjasama Rusia-Turki dalam kampanye Suriah telah meningkatkan setelah hubungan kedua negara sempat berada di titik tereencah ketika pada 24 November 2015 F-16 Turki menembak jatuh Su-24 Rusia di perbatasan Suriah.