Membingungkan, Kini Filipina Izinkan AS Upgrade Pangkalan Militer
Dua kapal perang AS berlabuh di Subic Bay pada Oktober 2014

Membingungkan, Kini Filipina Izinkan AS Upgrade Pangkalan Militer

Sikap pemerintah Filipina pada Amerika Serikat membingungkan. Setelah sebelumnya Presiden Reodrigo Duterte memaki-maki Amerika, kini membolehkan Amerika Serikat  meningkatkan dan membangun fasilitas di pangkalan militer Filipina tahun ini.

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan pada hari Kamis 26 Januari 2017 pembangunan ini akan memperkuat kembali aliansi yang sempat tegang karena sikap keras  Duterte terkaiat kehadiran pasukan AS.

Pentagon memberi lampu hijau untuk mulai bekerja sebagai bagian dari Enhanced Defence Cooperation Agreement (EDCA), 2014  yang Duterte telah mengancam untuk membatalkan. “EDCA masih ada,” kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana konferensi pers.

EDCA memungkinkan perluasan penyebaran rotasi kapal, pesawat dan tentara Amerika di lima pangkalan di Filipina serta penyimpanan peralatan untuk operasi keamanan kemanusiaan dan maritim.

Lorenzana mengatakan Washington telah berkomitmen untuk membangun gudang, barak dan landasan pacu di lima lokasi yang disepakati dan Duterte  telah berjanji untuk menghormati semua perjanjian yang ada dengan Amerika Serikat.

Minggu ini, Senator Partai Republik AS John McCain, yang memimpin Komite Angkatan Bersenjata Senat mengusulkan dana militer US$7,5 miliar baru bagi pasukan Amerika dan sekutu mereka di Asia-Pasifik.

Lanskap geopolitik di Asia telah terguncang oleh dendam Duterte melawan Washington dan mengatakan akan beralih ke China. Sementara Presiden AS Donald Trump menunjukkan  garis keras terhadap kegiatan Beijing di Laut China Selatan.

Filipina mengatakan pihaknya tidak menginginkan  konfrontatif di perairan strategis dan tidak akan membahayakan perjanjian  perdagangan dan investasi China yang juga telah  menawarkan perangkat keras militer kepada Duterte.

Lorenzana mengatakan Filipina telah meminta China  dua sampai tiga kapal cepat, dua pesawat, senapan sniper dan robot   dalam bentuk sumbangan senjata China senilai US$14 juta. Paket senjata akan digunakan untuk mendukung operasi  militan  Abu Sayyaf di Filipina selatan. “Jika peralatan ini berkualitas  kita mungkin akan membeli lebih banyak,” katanya. Lorenzana mengatakan Rusia juga menawarkan hardware seperti kapal, kapal selam, pesawat dan helikopter.

Duterte  marah dengan ekspresi AS yang mengecam kampanye Duterte melawan narkoba yang mengakibatkan ribuan orang ditembak mati tanpa pengadilan.