Rusia menyindir Prancis sebagai mitra dagang setelah negara Eropa barat itu menangguhkan pengiriman kapal perang karena kemelut Ukraina dengan menyatakan menyatakan Paris tunduk pada tekanan Amerika Serikat. “Kapan Paris tidak menyerah pada tekanan dari Amerika Serikat, seperti, misalnya, atas Irak?” kata wanita wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova melalui akun Facebook.
Zakharova juga menggambarkan keputusan Perancis sebagai aib dan menyatakan itu hanya saat almarhum pemimpin Perancis Charles de Gaulle tidak menyaksikannya. “Nama baik Prancis sebagai mitra terpercaya, yang melakukan kewajiban kontraknya, dilempar ke tungku napsu politik Amerika Serikat,” katanya.
Presiden Prancis Francois Hollande sempat berbulan-bulan menolak tekanan Washington dan sekutu lain untuk menghapus kontrak 1,2 miliar euro (sekitar 15,8 triliun) untuk memberikan dua pengangkut helikopter Mistral. Namun pada malam temu puncak KTT NATO, kantornya pada Rabu menyatakan Prancis akan menunda pengiriman kapal perang pertama itu, dengan menuduh tindakan Rusia di Ukraina, yang tak sesuai dengan dasar keamanan di Eropa. (baca: Prancis Akhirnya Tahan Kapal Mistral Rusia)
Di bawah Presiden Jacques Chirac, Prancis, seperti Rusia, menentang serbuan pimpinan Amerika Serikat ke Irak pada 2003, yang mengakhiri pemerintahan Saddam Hussein. Moskow berusaha mengecilkan dampak keputusan Hollande itu, dengan menyatakan Prancis akan lebih mengalami pukulan ekonomi daripada Rusia.
“Jika kontrak itu secara sepihak dihentikan, uang pasti kembali ke Rusia dan denda serta hukuman akan dibayarkan,” kata Oleg Bochkaryov, wakil ketua Komisi Industri Militer pemerintah, yang membantu mengawasi industri pertahanan, kepada kantor berita Rusia Interfax.