Israel telah menyetujui izin pembangunan 560 unit rumah baru yang akan dibangun sebagai bagian dari inisiatif pembangunan pemukiman ilegal di Yerusalem Timur. Pengumuman ini datang 48 jam setelah Donald Trump menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.
Ketua Komite Perencanaan dan Pembangunan Kota Yerusalem, Meir Turgeman kepad Radio Israel mengatakan izin sebenarnya sudah jadi lama, tetapi ditunda sampai Barack Obama meninggalkan Gedung Putih.
“Saya diberitahu untuk menunggu sampai Trump mengambil alih kantor karena ia tidak memiliki masalah dengan membangun di Yerusalem,” kata Turgeman kepada Radio Israel dan dilansir Russia Today Senin 23 Januari 2017. Dia menambahkan bahwa ada ratusan unit rumah lagi lebih menunggu persetujuan.
Nabil Abu Rdainah, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan kepada Reuters pihaknya mengutuk keputusan Israel itu: “Kami sangat mengutuk keputusan Israel untuk menyetujui pembangunan.”
Setelah izin baru diberikan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan dia telah memutuskan untuk mengangkat pembatasan pembangunan pemukiman di Yerusalem Timur.
“Tidak ada lagi kebutuhan untuk mengkoordinasikan pembangunan di lingkungan Yahudi di Yerusalem Timur. Kita bisa membangun di mana kita inginkan dan sebanyak yang kita inginkan,” kata Netanyahu dalam pernyataannya yang dilaporkan Reuters.
Netanyahu juga mengatakan dia ingin untuk memungkinkan pembangunan pemukiman Israel di semua wilayah Palestina, yang Israel telah duduki sejak Perang Enam Hari tahun 1967. “Visi saya adalah untuk memberlakukan kedaulatan atas semua pemukiman,” tambah pernyataan itu.
Sikap Israel ini jelas menentang resolusi Dewan Keamanan PBB beberapa waktu lalu di mana Israel tidak boleh membangun permukiman baru. Resolusi keluar setelah Amerika memutuskan untuk abstain.