Kementerian Pertahanan Thailand memutuskan untuk mengakhiri kontraknya dengan Ukraina untuk pembelian beberapa lusin tank tempur utama T-84 Oplot karena ketidakmampuan Kiev untuk memberikan mereka tepat waktu.
Pada tahun 2011, Thailand menandatangani kontrak senilai US$241 juta dengan Pabrik Malyshev berbasis Kharkiv untuk pengiriman 49 T-84 ‘Oplot’ ( ‘Stronghold’). Tank-tank itu dimaksudkan untuk menjadi tulang punggung pasukan tank Thailand, menggantikan M-41 buatan Amerika tahun 1957an.
Namun, setelah diganggu masalah pengiriman tank Ukraina, Kementerian Pertahanan Thailand tampaknya telah memutuskan untuk membatalkan kontrak. Berbicara kepada media Thailand, Menteri Pertahanan Prawit Wongsuwan menegaskan bahwa kontrak dengan Ukraina telah menjadi masalah utama dalam upaya untuk memodernisasi militer Thailand, dan bahwa itu adalah hasil dari situasi internal Ukraina.
Dalam lima tahun sejak kesepakatan tank ditandatangani, Pabrik Malyshev hanya memberikan ke Bangkok sekitar 20 T-84, pada akhir 2016. Padahal batas waktu yang ditetapkan pada kontrak adalah 2014.
Pabrik Malyshev menghadapi beberapa masalah serius, di antaranya kurangnya pegawai yang berkualitas. Pada 2015, abarik tidak menghasilkan satupun T-84. Pada saat itu, Kiev meminta pihak Thailand untuk menunda pengiriman sampai Oktober 2017.
Untuk menggantikan T-84, Thailand memiliki rencana untuk membeli VT-4, MBT generasi ketiga yang dibangun Norinco China . Bangkok telah menandatangani kontrak dengan China untuk pengiriman 28 VT-4.
General Chalermchai Sittisat menegaskan bahwa Thailand dan China juga mempertimbangkan usaha patungan pada produksi senjata dan peralatan militer di Thailand. Pejabat Thailand menjelaskan bahwa keputusan untuk memilih China bukan AS dan pembuat senjata Barat lainnya karena pertimbangan anggaran. Selain itu Washington telah memiliki batasan pengiriman senjata ke Bangkok sejak kudeta militer 2014.
Ini bukan pertama kalinya bahwa pembuat kendaraan militer Ukraina menghadapi masalah dengan kontrak dengan negara-negara asing. Pada tahun 2014, Irak membatalkan kontrak pada pengiriman BTR-4 APC Ukraina, dan mengembalikan 42 kendaraan yang sudah dikirim karena masalah kualitas armor.
Namun Pabrik Malyshev membantah laporan tentang pembatalan kontrak. Pada hari Selasa, juru bicara pabrik mengatakan kepada media Ukraina bahwa perusahaan belum menerima informasi resmi mengenai penghentian atau revisi kontrak, dan mengatakan bahwa saat ini, Malyshev Pabrik berencana untuk menyelesaikan sesuai dengan yang sudah disetujui sebelumnya.
Baca juga: