
Dalam lingkungan ini, komandan Amerika khawatir bahwa tabrakan bisa menjadi awal sebuah konflik besar.”Tab rakan pesawat secara statistik lebih mungkin dibandingkan pesawat ditembak jatuh,” kata Kolonel Daniel Manning dari Angkatan Udara AS. “Tapi dalam kabut dan gesekan perang, orang akan cenderung untuk menyimpulkan ada beberapa jenis kegiatan jahat yang membuat jatuh pesawat itu.”
Salah satu kecelakaan paling serius sejauh paling serius terjadi pada bulan September, ketika serangan udara Amerika yang dimaksudkan untuk menghantam ISIS di Deir Ezzour, Suriah justru menewaskan puluhan tentara pemerintah Suriah.
Insiden itu menyoroti kerentanan di hotline antara Rusia dan Amerika yang dilakukan pada level colonel to kolonel. Disebutkan hari serangan Kolonel Manning yang ditugaskan sebagai penghubung dengan Rusia jauh dari Pangklan Qatar yang menjadi pusat operasi udara Amerika.
Setelah serangan dimulai, seorang perwira Rusia yang ditugaskan sebagai penghubung diminta untuk berbicara dengan kolonel yang lain yang berwenang. Tetapi Amerika itu tidak tersedia. Rusia kemudian menutup telepon, dan 27 menit kemudian Rusia kembali menelepon mengatakan Amerika membom target yang salah.
Pada saat itu, militer Rusia mengeluarkan pernyataan dengan mengatakan: “Jika serangan udara itu disebabkan oleh koordinat yang salah sasaran, itu adalah konsekuensi langsung dari keengganan keras Amerika untuk berkoordinasi dengan Rusia [pada] tindakan terhadap kelompok teroris di Suriah. ”
Kolonel Manning mengatakan upaya koordinasi saat membuat perang lebih aman. “Kami terus mengkaji bahwa Rusia tidak memiliki niat untuk menyakiti pasukan koalisi di udara atau di darat,” katanya. “Karena kami yakin tidak ada niat jahat terhadap pasukan koalisi, kami dapat de-konflik.”
Tapi hal-hal terlihat berbeda di kokpit, dan pilot AS mengatakan Rusia kadang-kadang seperti akan mendorong batas-batas untuk melihat apakah mereka bisa lolos dengan itu.
Ini situasi yang lebih rumit di mana begitu banyak pesawat tempur melakukan misi sendiri-sendiri termasuk Amerika, Rusia, Suriah, Australia, Inggris, Denmark, Turki, Emirat, Saudi dan Yordania.
Menurut petugas radar Amerika sebagaiman dikutip Wall Street Journal, pada hari tertentu, biasanya ada 50 sampai 75 pesawat berawak dan tak berawak milik koalisi ada di atas Raqqa, kubu ISIS di Suriah, dan 150 atau lebih lebih di atas Mosul, Irak. Sebanyak 60 negara koalisi pimpinan Amerika telah melakukan lebih dari 51.500 sorti serangan ke ISIS, dengan dua pertiga dari jumlah itu dilakukan oleh pesawat Amerika Serikat.