Suatu malam ini musim gugur yang lalu, radar pesawat terbang Amerika yang sedang melakukan patrol rutin di atas Suriah mendeteksi sinyal dari sebuah jet tempur Rusia yang mendekat.
Awak Amerika melalui radio mengeluarkan peringatan dengan frekuensi yang secara umum digunakan untuk sinyal marabahaya. Pilot Rusia tidak menanggapi.
Sebaliknya, saat pesawat AS mulai menyapu bergerak ke selatan, jet tempur canggih Rusia S-35 berbelok ke pesawat Amerika dan memunculkan gelombang turbulen udara yang sempat mengganggu system sensitif elektronik.
“Kami menilai pria yang berada dalam jarak beberapa ratus kaki menyadari hal itu,” kata Kolonel Paul Birch, komandan 380th Expeditionary Operations Group sebuah unit berbasis di Persia Teluk.
Menurut pilot Amerika, langit di atas Suriah menjadi wilayah di mana insiden internasional seperti menunggu waktu untuk pecah. Ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana selama berbulan-bulan jet tempur AS dan Rusia telah memadati wilayah udara yang sama untuk melakukan misi perang paralel, dengan pilot Amerika membom ISIS sementara pilot Rusia mengebom pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah Bashar Al-Assad. Pemberontak ini didukung oleh Amerika.

Angkatan Udara AS sebagaimana dikutip Wall Street Journal Senin 9 Desember 2017 mengatakan pesawat-pesawat tempur Rusia, yang juga menyerang sasaran ISIS, masih terbang setiap hari di ats Suriah meskipun baru-baru meski telah ada gencatan senjata dalam kampanye Moskow melawan kekuatan anti-Assad.
Militer Amerika dan Rusia memiliki perjanjian keselamatan udara tahun, namun pilot Amerika menuduh banyak pilot Rusia yang bersikap tidak sesuai aturan . Entah tidak tahu atau tidak mau pilot Rusia jarang merespons kontak pilot Amerika
“Jarang, mereka merespons secara verbal,” kata Brigjen. Jenderal Charles Corcoran, komandan 380th Air Expeditionary Wing, yang terbang misi tempur di pesawat tempur siluman.
“Kami tidak tahu apa yang bisa mereka lihat atau tidak lihat, dan kita tidak ingin mereka terbang kea rah salah satu dari kami. ”
Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan tertulis Wall Street Journal untuk mengomentari tuduhan ini.