Mampukah FC-31 Merebut Pasar Siluman?
J-31/Xinhua

Mampukah FC-31 Merebut Pasar Siluman?

Syarat Pada bulan Desember 2016 ini, China menerbangkan prototipe kedua dari jet tempur siluman  Shenyang FC-31 Gyrfalcon milik mereka.

Dibandingkan dengan prototipe sebelumnya, versi terbaru memiliki sejumlah perbaikan dan telah mulai menyerupai pesawat siluman generasi kelima sejati dalam banyak hal.

Jelas, Beijing membuat kemajuan dalam kedirgantaraan meski kabar santer tidak bisa ditutupi bahwa mereka menggunakan teknologi yang dicuri dari program Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter.

Meskipun tidak jelas  apakah  FC-31 yang  sebelumnya dikenal sebagai J-31 akan digunakan untuk Angkatan Udara China, salah satu tujuan Beijing membangun  pesawat baru adalah untuk merebut pasar global.  China berharap untuk bersaing langsung dengan Lockheed Martin F-35 untuk merebut pesanan dari negara lain.

“Saya percaya pesawat akan memiliki prospek cerah di pasar. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan saya, saya kira harga akan sekitar US$ 70 juta atau sekitar setengah dari Lockheed Martin F-35 Lightning II, ” kata Fu Qianshao, seorang ahli pesawat militer China  kepada China Daily.

“Selain itu, pesawat generasi keempat Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale memiliki harga sekitar US$ 100 juta. Semua ini berarti Anda dapat menghemat uang untuk mendapatkan, pesawat tempur siluman generasi kelima canggih. ”

Tetapi realitas kerap tidak semudah kata-kata. Keinginan  Aviation Industry Corp of China (AVIC) untuk mengakhiri monopoli beberapa negara, khususnya Amerka dalam jet tempur generasi keima akan tidak mudah.

Saat ini Lockheed Martin adalah satu-satunya produsen tempur yang telah berhasil mengembangkan dan menerjunkan jet tempur siluman, bukan hanya satu tetapi dua yakni F-22 Raptor dan F-35 Lighting II.

China akan menghadapi sejumlah rintangan dalam mencapai tujuannya. Meski Beijing dengan cepat bisa mengembangkan  sensor canggih seperti radar active electronically scaned array, sistem peperangan elektronik, sistem penargetan inframerah / elektro-optik dan bahkan fusi sensor, merka masih sangat tertinggal dalam teknologi mesin jet.

China tampaknya telah membuat beberapa kemajuan dalam hal ini, tapi mesin jet adalah masalah rumit yang tetap dihadapi industri kedirgantaraan Beijing.

Saat ini, FC-31 diyakini akan didukung oleh sepasang mesin turbofan afterburning Klimov RD-93 buatan Rusia yang masing-masing akan mengembangkan  sekitar 18,000lb daya dorong.

China berharap untuk menggantikan mesin mereka dengan sepasang mesin turbofan WS-13E yang dibangun sendiri. Mesin ini diharapkan akan mampu menggelontorkakn daya dorong sekitar 22,000lbs.

Namun, mesin ini belum akan siap dengan cepat  dan tidak jelas kapan akan datang atau bahkan apakah akan benar-benar datang.

Cina berpendapat bahwa dengan mesin dalam negeri, FC-31 akan lebih maju dari F-35. “Dalam banyak hal, tidak kalah dengan F-35 AS,” kata Lin Zuoming, Ketua  Aviation Industry Corp of China,  kepada China Daily ketika prototipe FC-31 pertama terbang pada tahun 2012.

“Jika dilengkapi dengan salah satu dari dua jenis mesin baru yang kami dikembangkan, itu akan lebih maju dari model AS. ”

Mimpi China untuk menjual FC-31 ke pasar internasional tanpa mesin sendiri juga akan sangat mengganggu. Hal ini karena Rusia memiliki hak veto apakah pesawat bisa dijual atau tidak. Dengan demikian, sampai China memecahkan masalah dengan mengembangkan dan memproduksi mesin jet terpercaya sendiri, peluang Beijing di pasar tempur internasional dengan FC-31 akan masih menjadi tanda tanya besar.

Baca juga:

https://www.jejaktapak.com/2016/11/17/5-senjata-china-hasil-curian-atau-tiruan/