
Pengembangan Kapal Induk
Baik Amerika Serikat dan Jepang harus menjaga konstruksi kapal induk agar sesuai batasan yang diatur dalam Washington Naval Treaty 1922 yakni perjanjian antara bangsa-bangsa besar yang memenangkan Perang Dunia I, yang setuju untuk mencegah perlombaan senjata dengan membatasi pembangunan angkatan laut.
Namun, jika Angkatan Laut Amerika diizinkan untuk membangun kapal induk dengan bobot 135.000 ton sedangkan IJN hanya diizinkan memiliki kapal dengan berat maksimal 81.000 ton.
Menariknya, kedua angkatan laut secara bersama mengembangkan desain serupa. Keduanya memulai dengan kapal induk eksperimental yang digunakan untuk demonstrator teknologi, untuk mendapatkan pengalaman. Mereka kemudian diikuti dengan desain ditingkatkan.
- 1922 ⇒ USN telah menugaskan USS Langley (CV-1), pada bulan Maret, tapi ini adalah konversi dari collier USS Jupiter (AC-3).
- 1922 ⇒ The IJN menugaskan Hosho, kapal pertama di dunia yang sejak awal dirancang dan dibangun sebagai sebuah kapal induk pada bulan Desember.

Hosho dan Langley merupakan kapal kecil dengan sekelompok pesawat terbatas. Masing-masing kapal menggusur 9.500 dan 13.900 ton. Berikutnya datang armada kapal induk pertama yang semua adalah konversi dari capital ship.
- 1927 ⇒ IJN menugaskan Akagi
- 1927 ⇒ USN menugaskan USS Lexington (CV-2) & USS Saratoga (CV-3)
- 1928 ⇒ IJN menugaskan Kaga
Semua yang dibangun di atas lambung battlecruisers, kecuali untuk Kaga dari battleship dibatalkan di bawah Washington Naval Treaty 1922.
Sebagai fungsi dan tempat relatif terhadap garis pertempuran kapal induk yang masih belum pasti, kedua kapal induk Amerika dan Jepang menerima senjata kaliber berat untuk pertahanan terhadap kapal penjelajah dan kapal perusak.

- 1931 ⇒ IJN menugaskan Ryūjō, pembawa pesawat ringan yang dibangun untuk mengeksploitasi kelemahan Washington Naval Treaty. Perjanjian tersebut menyatakan bahwa kapal induk di bawah 10.000 ton tidak dianggap sebagai “kapal induk”.
- 1934 ⇒ USS Ranger (CV-4) ditugaskan dan merupakan kapal induk Amerika pertama yang sejak awal dibangun dan dirancang sebagai kapal induk.

Jepang kemudian membangun dua kapal induk tambahan, Soryu dan Hiryu. Jepang lebih meningkatkan teknologi mereka dan mencapai “desain standar”. Akhirnya, teknologi kapal induk kedua angkatan laut seimbang dan desain lebih canggih yakni kelas Shōkaku untuk IJN dan kelas Yorktown untuk USN.