Radius tempur dan beban H-6K masih belum bisa menyamai B-52 Amerika, tetapi bomber China memang tidak perlu kemampuan sejajar.
Hal penting yang harus diingat bomber ini tetap bisa terbang sangat jauh dengan membawa rudal besar. Seperti B-52, pesawat in terbang lambat dan sama sekali tidak siluman hingga H-6 tidak akan terbang di dekat wilayah lawan. Sebagai gantinya mereka akan menggunakan rudal jarak jauh yang bisa menyerang dari jarak jauh hingga aman dari serangan rudal lawan. Dengan rudal yang mampu mencapai jarak 1.000 mil maka H-6 secara total memiliki kemampuan serangan 4.500 mil dari pangkalan bila didukung oleh pengisian bahan bakar di udara.
Menariknya, meskipun H-6 bisa secara teori membawa muatan nuklir, itu percaya bahwa PLAAF tidak membawa rudal jelajah nuklir di bombe tersebut. Hal ini mungkin karena Beijing berorientasi pada penggunaan defensif dari senjata nuklir mereka.
Sebaliknya, H-6 bisa membantu memperluas jangkauan kemampuan serangan konvensional dan akan berguna dalam peran anti-kapal. Namun, meski H-6K yang dimodernisasi memiliki semua atribut untuk menjadi platform strike maritim yang efektif, Beijing kurang aset pengawasan yang luas untuk mencari dan mengidentifikasi kapal musuh yang kemudian diserahkan ke H-6 untuk diserang.
Pada tanggal 3 September 2016 ini, Jenderal Ma Xiaotian dari PLAAF mengumumkan bahwa China sedang mengembangkan pembom strategis baru, tetapi tidak menjelaskan apakah itu adalah varian lain dari H-6 atau bomber yang benar-benar baru.