Kuwait hanya berencana untuk membeli 28 jet tempur Boeing F/A-18 Super Hornet. Jumlah ini di bawah angka semula di mana Negara Teluk ini berencana untuk membeli hingga 40 jet tempur tersebut.
Mayor Jenderal Lafi al-Azmi, Kepala Persenjataan dan Pengadaan militer Kuwait mengatakan mereka berencana untuk menarik kembali sejumlah F/A-18 tua yang ada di persediaan sebagai bagian dari kesepakatan pembelian.
Dia menambahkan bahwa rincian penjualan hanya akan diungkapkan setelah secara resmi ditandatangani.
“Mengingat kedekatan Kuwait dengan wilayah yang bergolak, kita pasti membutuhkan peralatan militer yang efektif,” katanya sebagaimana dilaporkan Kuwait News Agency Senin 28 November 2016.
Pesawat tempur yang semakin penting untuk Kuwait di tengah meningkatnya ketegangan regional antara Arab Saudi dan Iran serta gejolak di Timur Tengah yang tak kunjung reda. Kuwait, sekutu Arab Saudi, juga merupakan bagian dari koalisi Saudi yang dipimpin di Yaman.
Pemerintah Kuwait telah meminta untuk membeli 32 F / A-18E, dengan mesin F414-GE-400; delapan pesawat F / A-18F, dengan mesin F414-GE-400; delapan mesin F414-GE-400 cadangan dan 24 modul mesin.
Selain itu Kuwait juga membeli 41 radar AESA AN / APG-79; 44 meriam M61A2 20mm; 45 radar penerima peringatan AN / ALR-67 (V) 3 dan 240 peluncur rudal dipandu LAU-127E / A serta sejumlah peralata lain.
Kuwait saat ini diperkirakan mengoperasikan 27 F / A-18C Hornet. Pengurangan pesanan Super Hornet ini kemungkinan karena pada bulan April 2016 lalu, Kuwait telah memesan 28 jet tempur Eurofighter Typhoon Tranche 3. Pemesanan ini dikarenakan izin penjualan F/A-18 Super Hornet berlarut-larut dalam waktu yang sangat lama.
Baca juga: