Laporan lain menyebutkan VLRAAM dimasukkan dalam jaringan tempur yang sangat terintegrasi. Sebagai gambaran, jet tempur siluman J-20 tidak akan membawa rudal ini karena ukurannya yang terlalu besar untuk teluk senjata internal. Tetapi pesawat ini bisa menggunakan fitur siluman mereka untuk mendeteksi asset musuh.
Data yang didapat kemudian dikirimkan ke J-16 yang terbang di garis belakang. Target kemudian dieksekusi dengan VLRAAM yang dibawanya. Konsep yang sama seperti yang dilakukan antar F-22 Raptor dan F-15 Eagle atau pesawat generasi keempat lai di mana Raptor berfungsi sebagai mata dan Eagle berfungsi sebagai gudang senjata.
Bagaimanapun VLRAAM telah muncul dan dipastikan akan membawa ancaman baru pagi asset udara Amerika terutama pada pesawat-pesawat tanker, mata-mata dan AWAC. Pesawat ini biasanya beroperasi jauh dari jangkauan rudal lawan, dan kini mereka harus lebih mundur lagi. Ketika tanker atau AWAC beroperasi semakin jauh dari garis pertempuran, maka secara otomatis juga akan mengurangi efektivitas dan kemampuan tempur jet tempur mereka.
Sebagai contoh, tanpa tanker udara, kemampuan rentang F-35 yang relative singkat akan menjadi sangat terbatas dan tidak akan mampu beropeerasi jarak jauh di Laut China Selatan atau Selat Taiwan.
Demikian pula, tanpa pesawat AEW & C, F-22 harus menggunakan radar mereka sendiri dan meningkatkan risiko untuk terdeteksi. Bahkan untuk platform tanker siluman yang sedang dirarancang seperti drone MQ-25 Stingray dan tanker KC-Z yang sedang diusulkan untuk dibangun akan rentan terhadap VLRAAMs jika terdeteksi oleh sistem anti-siluman yang juga dibangun oleh China seperti drone Divine Eagle dan kapal Yuanmeng.
Baca juga: