Setelah destroyer kelas Arleigh Burke USS Mason (DDG 87) dikabarkan mengelak dari tiga kali serangan rudal anti-kapal dalam satu minggu, dan USS Nitze (DDG 94) mengirim salvo tiga Tomahawk dalam menanggapi, kapal Amerika yang lain juga mengaku diserang saat berada di Bab el Mandab, dekat Yaman
Menurut siaran di halaman Facebook USS San Antonio (LPD 17) Rabu 19 Oktober 2016, kapal amfibi ini menjadi sasaran rudal anti-kapal pada 13 Oktober. Serangan itu gagal, menurut posting Komandan D. W. Nelson.
Kapal amfibi transit antara Teluk Aden dan Laut Merah dengan Wasp Amphibious Ready Group, yang membawa 22nd Marine Expeditionary Unit.
Kapal Kelas San Antonio memawa dua 8-cell Mk 41 Vertical Launch System. Sistem ini mampu mengakomodasi Rudal RIM-162 Evolved Sea Sparrow.
Dengan jangkauan hingga 27 mil laut dan tertinggi lebih dari 4 Mach, ini akan memberikan kapal kelas San Antonio pertahanan udara yang cukup kuat.
USS San Antonio adalah kapal amfibi kelas San Antonio dan dapat membawa sampai 700 Marinir, dan memiliki 28 perwira dan 335 personel.
Kapal memiliki bobot 25.000 ton dengan kecepatan tertinggi 22 knot dan dipersenjatai dengan dua peluncur SeaRAM dan dua senjata Bushmaster II 30mm. Kapal membawa dua Landing Craft Air Cushion hovercraft dan juga dapat membawa empat helikopter atau dua V-22 Osprey.
Seperti diberitakan sebelumnya pada tanggal 9 Oktober, USS Mason diserang saat mengawal USS Ponce (AFSB (I) 15) di Laut Merah. Mason diserang lagi pada 12 dan 15 Oktober.
Amerika mengerahkan kapal perang mereka ke Teluk Aden setelah HSV-2 Swift, kapal eks US Navy yang dioperasikan Angkatan Laut Uni Emirat Arab rusak parah diserang rudal Houthi pada 1 Oktober.