Jika Senjata China Hebat, Kenapa Sulit Cari Pembeli?

Jika Senjata China Hebat, Kenapa Sulit Cari Pembeli?

Salah satu argumen yang sering dibuat tentang pembangunan militer China sepanjang 20 tahun terakhir adalah negara ini telah mampu memproduksi secara lokal senjata mereka. Untuk batas tertentu hal ini benar, untuk tidak dibilang mengherankan.

Sistem yang relatif modern, seperti jet tempur J-10, kapal selam kelas Yuan, dan tank tempur utama Type-99 tentu lebih unggul dari sistem persenjataan yang diganti, yaitu J-7, kapal selam kelas Ming, dan tank Type-59 yang semua pada dasarnya adalah salinan senjata Soviet yang dibangun tahun 1950-an.

Pada saat yang sama, memang benar bahwa beberapa senjata China saat ini sangat kompetitif dengan rekan-rekan mereka di Barat atau Rusia. Hal ini termasuk kendaraan udara tak berawak, rudal jelajah anti-kapal (ASCM), rudal permukaan ke udara portabel, dan jet latih ringan.

Tetapi kemudian muncul pertanyaan  jika senjata China begitu canggih, kenapa hampir tidak ada negara lain yang ingin membelinya?

Di atas kertas, China terlihat seperti eksportir senjata yang cukup berhasil. Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) tahun lalu, Beijing mentransfer senjata dengan nilai hampir US$ 2 miliar,

Selain itu, data SIPRI untuk periode 2011-2015 menunjukkan bahwa China adalah dunia eksportir senjata terbesar ketiga, dengan menguasai hampir 6% dari total pasar senjata. Ini hampir dua kali lipat dari apa yang diekspor China selama periode 2006-2010.

Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah menorehkan beberapa penjualan luar negeri yang mengesankan, termasuk penawaran untuk mengekspor delapan kapal selam  kelas Yuan untuk Pakistan dan tiga ke Thailand.

China juga telah menjual tank ke Myanmar, ASCM ke Indonesia, dan drone bersenjata ke Irak, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Nigeria, dan Mesir.

Tetapi pasar China masih sangat terbatas. Dalam lima tahun terakhir, misalnya, lebih dari dua-pertiga (tepatnya 71% ) dari semua penjualan senjata China hanya pergi ke tiga negara yakni Pakistan, Bangladesh, dan Myanmar. Sisanya ke segelintir negara-negara miskin di benua Afrika, terutama Aljazair, Nigeria, Sudan, dan Tanzania.

Kedua, sebagian besar yang dijual adalah senjata teknologi rendah seperti kendaraan lapis baja, senjata ringan dan amunisi, atau jet tempur salinan desan Soviet yang berusia 50 tahun.

Salah satu penjual terbesar Beijing, adalah pesawat latih subsonik K-8 dan pesawat serangan yang relatif sederhana, yang terutama cocok untuk negara-negara berkembang yang kurang uang untuk bisa mengoperasikan jet tempur canggih.  Secara keseluruhan, jenis senjata China yang dijual bukan benar-benar game-changer.

Posisi China sebagai pengekspor senjata terkemuka tetap masih belum terbukti. Mereka mungkin memegang ururan ketiga di perdagangan senjata global, tapi itu masih jauh di belakang Amerika Serikat, yang memiliki 33% dan Rusia dengan 25% dari pasar global,. Bahkan, China hanya sedikit di depan dari Perancis (5,6%), Jerman (4,7%), dan Inggris (4,5%).

Selain itu, posisi China dalam hirarki eksportir senjata global belum konsisten. Misalnya, menurut SIPRI, selama periode 2006 hingga 2010 China hanya memiliki 3,7% dari total pasar senjata menempatkannya di urutan keenam dalam ekspor senjata secara keseluruhan.

Next: Bagaimana dengan JF-17?