5 Senjata China Hasil Curian atau Tiruan

5 Senjata China Hasil Curian atau Tiruan

Saat Republik Rakyat China (RRC) muncul dari perang dan revolusi pada tahun 1949, jelas terlihat perekonomian China tidak memiliki kapasitas untuk bersaing dengan AS atau Uni Soviet  dalam produksi teknologi militer canggih.

Transfer dari Uni Soviet membantu memperbaiki kekurangan mereka di tahun 1950-an, seperti juga melakukan transfer dari Amerika Serikat dan Eropa pada 1970-an dan 1980-an. Namun, Revolusi Kebudayaan telah menahan teknologi dan penelitian ilmiah hingga meninggalkan Cina jauh di belakang.

Transfer teknologi mulai menggerakkan China. Inovasi juga mulai muncul dan tentu saja yang sangat berpengaruh dalam pengembangan teknologi tersebut adalah dengan spionase industri.

Sulit dibantah  RRC memiliki kebiasaan mencuri teknologi senjata dari Rusia dan Amerika Serikat. Semakin hari mata-mata Beijing ini semakin terampil dan fleksibel dalam pendekatan mereka.

Hasilnya muncullah berbagai teknologi militer yang diklaim China sebagai hasil karya mereka. Berikut lima sistem senjata China yang didapat dari mencuri atau menyalin senjata negara lain baik keseluruhan atau sebagian:

Jet Tempur J-7

AIR_J-7E_lg
Wikipedia

Pada tahun 1961, ketegangan antara Uni Soviet dan RRC mencapai puncaknya, Soviet mentransfer cetak biru dan bahan terkait dengan pencegat MiG-21 ke China. Penawaran tersebut mewakili upaya untuk menjembatani bagian dari kesenjangan, dan menyarankan kepada China bahwa kerjasama antara raksasa komunis tetap mungkin dilakukan.

Tetapi pengorbanan Soviet tidak bekerja. Ketegangan China-Soviet terus meningkat, hampir ke titik perang di akhir 1960-an. China bekerja dari cetak biru dan bahan lainnya, dan akhirnya menghasilkan J-7, salinan virtual dari MiG-21.

Cihina akhirnya menjual J-7 (varian ekspor F-7) yang berkompetisi langsung dengan MiG yang dijual oleh Soviet.

Yang lebih menyakitkan Soviet, setelah AS-RRC memulihkan hubungan dari awal 1970-an, China menjual J-7 langsung ke Amerika, yang menggunakan mereka sebagai bagian dari skuadron agresor untuk melatih pilot AS.

Jet Tempur J-11

J-11B
China Defense

Runtuhnya Uni Soviet pada awal 1990-an mengakibatkan mencairnya hubungan Rusia-China. Rusia tidak lagi memiliki alasan yang kuat untuk menahan teknologi militer yang paling canggih ke China. Lebih penting lagi, kompleks industri militer Soviet membutuhkan pembeli untuk bertahan hidup  dan militer Rusia tidak bisa lagi membeli peralatan baru.

Di satu sisi RRC memerlukan sumber-sumber baru peralatan militer teknologi tinggi setelah Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan embargo senjata karena kasus Tiananmen Square.

Pada tahun 1990-an terjadi beberapa penawaran senjata besar antara Moskow dan Beijing. Salah satu yang paling penting adalah penjualan, lisensi, dan transfer teknologi dari pesawat tempur multiperan Su-27 “Flanker”.

Kesepakatan itu memberikan China sebuah pesawat tempur superioritas udara paling berbahaya di dunia, dan memberi industri penerbangan Rusia garis hidup.

Tetapi China kembali melakukan tindakan menyakitkan. Rusia mengklaim bahwa China mulai melanggar persyaratan lisensi dengan memasang avionik mereka sendiri pada Flanker (yang di China disebut sebagai J-11).

Cina juga mulai mengembangkan varian kapal induk yang menjadi pelanggaran langsung terhadap perjanjian. Perampasan teknologi Rusia melemahkan hubungan antara Rusia dan China, membuat Rusia jauh lebih waspada terkait transfer senjata penting mereka ke China.

NEXT