Pesawat Pengumpul Sampah Antariksa China Bisa Jadi  Pembunuh Satelit

Pesawat Pengumpul Sampah Antariksa China Bisa Jadi  Pembunuh Satelit

China mengirimkan sebuah pesawat ruang angkasa kecil ke orbit dengan roket Long March 7 pada Sabtu  25 Juni 2016. Pesawat yang diluncurkan dari Hainan di China selatan itu disebut bertugas untuk mengumpulkan atau menyingkirkan sampah antariksa.

Namun sejumlah analisi menyebut alat itu bisa juga melayani kepentingan militer. Aolong-1, atau Roaming Dragon yang dikirim tersebut dilengkapi dengan lengan robot untuk menyingkirkan sampah besar seperti satelit lama.

Tang Yagang, seorang ilmuwan satelit senior di China Aerospace Science and Technology Corporation, mengatakan Aolong-1 adalah yang pertama dalam serangkaian pesawat yang akan bertugas mengumpulkan puing-puing buatan manusia di ruang angkasa. Sebagai misal dia bisa mengumpulkan satelit China yang telah mati dan membawanya kembali ke bumi dengan menjatuhkannya ke laut.

“China, dan sebagai negara besar yang bertanggung jawab atas sampah luar angkasa dan telah berkomitmen untuk mengkontrol dan mengurangi puing-puing di antariksa. Dalam rangka untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawab, negara kita [bekerja tanpa henti menuju] mencapai terobosan teknologi penghapusan puing-puing ruang,” kata Tang di situs China National Space Administration.

Tapi pertanyaannya adalah  apakah China mengembangkan teknologi mutakhir hanya untuk membersihkan sampah antariksa?

“Tidak realistis untuk menghapus semua puing-puing ruang angkasa dengan robot. Ada ratusan juta keping melayang di luar sana,” kata seorang peneliti National Astronomical Observatories di Beijing.

Dia mengatakan untuk militer, robot memiliki potensi sebagai senjata anti-satelit.

Roaming Dragon berukuran keil yakni dengan berat beberapa ratus kilo, sehingga prototipe bisa diproduksi dan diluncurkan dalam jumlah besar.

Selama masa damai, pesawat tersebut bisa berpatroli di ruang dan mencegah satelit mati jatuh menabrak kota-kota besar seperti Shanghai atau New York.

“Selama masa perang, mereka dapat digunakan sebagai pencegah atau secara langsung menyerang aset musuh di luar angkasa,”  kata peneliti itu sebagaimana dikutip South China Morning Post Selasa 28 Juni 2016.

Pada tahun 2007, China melakukan uji anti-satelit yang meledakkan sebuah satelit cuaca yang telah mati. Tes mengundang diminta kecaman internasional karena ledakan yang dihasilkan telah menyebarkan puing-puing dalam volume besar. “Kali ini tidak ada yang akan menunjukkan  jari [ke China],” kata peneliti.

Ilmuwan ruang angkasa yang lain mengatakan peran pesawat untuk mengambil puing-puing ruang adalah “eksperimen yang berani” dengan kemungkinan kegagalan tinggi.

“Kelihatannya sederhana, tapi beberapa tantangan besar terbentang di depan, beberapa yang oleh bangsa lain tidak ada yang menyelesaikan,” kata ahli. Perkembangan teknologi terutama didukung oleh militer, dan dijaga kerahasiaannya, katanya. Tantangan pertama dalam misi tersebut adalah untuk bisa mendekat pada “target non-kooperatif”

Tapi China telah melakukan banyak penerbangan jarak dekat, katanya. Selama docking pesawat ruang angkasa berawak Shenzhou ke ruang laboratorium Tiangong, misalnya, dua kendaraan terus bertukar informasi.

Aolong-1, sebaliknya, akan berusaha untuk bertemu dengan sepotong puing-puing yang tidak responsif. Ini akan perlu untuk mencari dan mengidentifikasi target, kemudian merencanakan dan mengatur pendekatan.

Tantangan lain adalah menjangkau setiap puing-puing dengan dengan lengan robot Aolong ini.

Untuk bisa mencengkeram tarrget, lengan harus mengarah ke area target tertentu  yang kemungkinan terus bergerak. Sensor dan komputer di Aolong harus menganalisis secara cepat, pola teratur dari target untuk membimbing lengannya.

China bukan satu-satunya negara yang mengembangkan teknologi ini. Badan Antariksa Eropa diperkirakan akan menyetujui proyek serupa yang disebut e.deorbit akhir tahun ini.

ESA sedang mempertimbangkan dua cara yang berbeda untuk menangkap puing-puing yakni satu menggunakan jaring dan cara lain dengan lengan robot.

Dengan peluncuran diproyeksikan pada 2023, robot e.deorbit akan menargetkan satelit telantar milik Eropa di orbit rendah, menangkap itu, kemudian dengan aman membawanya masuk kembali atmosfer,” kata ESA dalam di situsnya.

ESA juga mengklaim e.deorbit akan menjadi pembersih puing antariksa pertama di dunia meskipun itu tidak lagi benar dengan peluncuran Aolong-1. Cina mengharapkan untuk memulai robot pertama di luar angkasa pada tahun 2020 untuk memperbaiki satelit yang mengorbit

Defence Advanced Research Projects Agency (DARPA) Amerika Serikat juga berencana untuk meluncurkan pesawat lebih besar dan lebih canggih untuk Angkatan Udara AS pada tahun 2020.  Pesawat yang dikenal dengan Phoenix rencananya akan diluncurkan tahun lalu, tapi ditunda karena masalah teknis dan biaya.

Berbeda dengan Aolong dan e.deorbit, Phoenix juga akan mampu melaksanakan pekerjaan seperti memperbaiki, meningkatkan dan pengisian bahan bakar satelit tua.

Bahkan akan mampu mengubah satelit asing menjadi satelit mata-mata AS.