Hacker Kosovo Bobol Data Personel Militer AS dan Diserahkan ke ISIS

Hacker Kosovo Bobol Data Personel Militer AS dan Diserahkan ke ISIS

Sejumlah warga Kosovo telah mengaku bersalah karena meretas komputer perusahaan Amerika serikat  dan mencuri sebagian besar data personil militer Amerika untuk kemudian diberikan kepada ISIS.

Ardit Ferizi, pendiri kelompok “Kosova Hacker’s Security” ditangkap di Malaysia tahun lalu. Dia membuat permohonan di pengadilan federal, Rabu 15 Juni 2016, menjawab tuduhan mendukung musuh Amerika Serikat.

Hacker itu mengaku mencuri data pribadi dari 1.351 militer dan karyawan pemerintah AS- dari komputer yang kepemilikannya belum diungkapkan dan kemudian meneruskan kepada pempinan hacker ISIS, Junaid Hussain.

Hussain kemudian membeberkan data tersebut dengan menyebutnya sebagai “kill list”, yang ia gunakan untuk membuat ancaman pembunuhan.

Pada bulan Agustus 2015, ia melalui akun Twitter-nya mengirimkan link ke dokumen yang mengungkapkan data yang di hack ke otoritas AS. “Kami berada dalam email dan sistem komputer Anda, menonton dan merekam setiap langkah Anda,” tulisnya.

“[Kami] memiliki nama dan alamat Anda, kita berada dalam email Anda dan akun media sosial, kita mendapatkan data rahasia dan menyampaikan informasi pribadi Anda kepada para prajurit dari khilafah, yang akan menyerang leher Anda di tanah sendiri! ”

Hussain tewas tak lama setelah tweet-nya dalam serangan pesawat tak berawak Amerika. AS kemudian, berhasil melacak Ferizi, mengeksploitasi beberapa kesalahan yang dibuatnya selama petualangan hacker: misalnya, hacker kelahiran Kosovo ini gagal untuk menyembunyikan alamat IP-nya di berbagai kesempatan. Yang pada akhirnya menyebabkan penangkapannya di Oktober 2015.

Sementara banyak yang telah berspekulasi tentang kemampuan cyberwar ISIS ini adalah pertama kalinya seorang hacker dituntut karena membantu ISIS.

“Ferizi membahayakan nyawa lebih dari 1.000 orang Amerika,” kata Jaksa AS Distrik Timur Virginia Dana Boente dalam sebuah pernyataan yang dikutip Sputnik Kamis 16 Juni 2016.

“Terorisme Cyber ​​telah menjadi ancaman yang semakin lazim dan serius di sini di Amerika, baik untuk individu dan bisnis. Namun, teroris dunia maya tidak berbeda dari teroris lainnya. Tidak peduli di mana mereka bersembunyi, kami akan melacak mereka dan berusaha untuk membawa mereka ke Amerika Serikat untuk diadili. ”

Ferizi akan divonis pada bulan September tahun ini dengan ancaman penjara hingga 25 tahun.