Kadang-kadang rencana bagus dan uang banyak tidak mengatasi masalah. Hal itu berulangkali terlihat dalam program pembangunan senjata Amerika. Setelah uang berhamburan begitu banyak program itu kemudian ditinggalkan begitu saja.
Lihat saja pembangunan kapal selam Seawolf yang dibunuh setelah tiga kapal selam dibanagun dan digantikan dengan Kelas Virginia yang lebih murah. Atau pembangunan kapal kelas Zumwalt yang awalnya 32 akan dibangun kini hanya menjadi tiga dengan satu kapal baru selesai
Lalu program F-35 yang terus didera masalah dan pemunduran jadwal tanpa henti. Tak urung Angkatan Udara tidak bisa menutupi keraguannya terhadap pesawat ini hingga kemudian mereka membuka jalan dengan wacana untuk membuka kembali lini produksi F-22 Raptor. Alasan mengapa produksi awal menjalankan dihentikan adalah karena F-22 biaya terlalu banyak, baik untuk membeli atau untuk beroperasi.
Masalah biaya operasional F-22 sebagian besar dihasilkan dari lapisan Radar Absorbent Material (RAM). Tidak ada obat untuk menyembuhkan tingginya biaya operasi ini sampai lapisan RAM bisa digantikan dengan yang lebih murah.
Lalu apa yang dibutuhkan? David Archibald, dalam opininya di The Daily Caller 7 Juni 2016 menyebutkan yang dibutuhkan sekarang adalah perubahan sikap. Penulis Twilight of Abundance ini melihat gagagsan menjadi tak terlihat untuk radar x-band alias karakter siluman tidak lagi hal yang harus diagung-agungkan. Jika musuh menolak untuk bermain dengan aturan USAF dan tidak beroperasi dengan radarnya di kisaran itu, semua upaya untuk membangun siluman hanya akan sia-sia.
Ada desain yang tersedia untuk USAF yakni YF-23 yang kalah dengan YF-22 di tahun 1991. Bahan dan elektronik berkembang tetapi fisika penerbangan tidak berubah. Sementara desain F-22 diambil dari F-15 dan perlu lapisan RAM agar menjadi tersembunyi, sifat siluman YF-23 melekat dalam desain.

Desain yang planform berlian dengan sayap benar simetris. Ini sangat mungkin membuat pesawat tercepat di dunia dalam kaitannya dengan supercruise.
Pesawat ini juga memiliki keuntungan besar dibandingkan F-22 dalam bentuk palung knalpot untuk mengurangi deteksi inframerah. Itu berarti juga lebih berguna dalam manuver.
Menurut David Archibald restart F-22 akan tertunda oleh semua tweaking yang akan dilakukan untuk sebuah pesawat mulai produksi 20 tahun yang lalu. Dan apa yang akan dihasilkan adalah sebuah pesawat yang hanya langkah sementara. “Singkatnya, restart F-22 adalah jalan buntu yang tidak memberikan solusi jangka panjang,” katanya.
Masalah jangka pendek adalah bahwa armada tempur Amerika yang ada sekarang sudah terlalu tua dan kalah dibandingkan dengan pesawat tempur terbaru Rusia dan China.
David Archibald melontarkan usul yang sangat tidak biasa yakni bahwa solusi dari masalah yang dihadapi Angkatn Udara AS sekarang salah satunya adalah mengadopsi Gripen E untuk mengambil peran yang seharusnya diisi F-35.
“Apa yang bisa dilakukan F-35, Gripen E juga dapat melakukan lebih baik dan dengan biaya yang lebih kecil,” kata David.
Gripen E memiliki rentang yang sama tetapi Gripen E hanya membutuhkan biaya sepertiga sampai setengah dari F-35 dan tingkat operasi per jam adalah sepersepuluh dibandingkan F-35.
Hal ini hanya membutuhkan 15 menit untuk melakukan serangan mendadak kedua setelah mendarat sedangkan F-35 membutuhkan dua hingga tiga seperempat jam.
Gripen E memiliki mesin yang sama dengan Super Hornet, GE F414, dan banyak bagian merupakan buatan AS. “Pemodelan kemampuan tempurnya menunjukkan hampir sebagus F-22. Lebih cepat Gripen E diadopsi, lebih cepat lebih F-35 mimpi berakhir,” tegasnya.
Keputusan untuk melanjutkan dengan F-35, menurut David adalah keputusan yang buruk karena hasilnya mungkin adalah pesawat yang buruk yang terlalu mahal untuk beroperasi. Restart jalur produksi F-22 juga hanya akan menjadi keputusan yang buruk lain sebagai reaksi keputusan yang buruk sebelumnya.
“Keputusan yang terbaik adalah pergi ke solusi dua pesawat kedua. Pertama Gripen E atau menghidupkan kembali YF-23 dengan menambahkan teknologi yang ada dalam bahan, rudal dan elektronik dan tersedia sekarang. Ini, solusi yang paling hemat biaya, juga risiko paling rendah.”
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/02/26/lebih-baik-dibanding-raptor-kenapa-f-23-dikalahkan-f-22/