Inilah Strategi NATO Memenangkan Perang Dunia III di Eropa

Inilah Strategi NATO Memenangkan Perang Dunia III di Eropa

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dibentuk pada tahun 1949 untuk menentang ekspansi Soviet di Eropa Barat. Akhir Perang Dunia II telah menunjukkan Uni Soviet memperkuat posisinya di Eropa Timur, negara-negara seperti Polandia, Hongaria, Cekoslowakia, Rumania, Bulgaria dan Jerman Timur berada di bawah pengaruhnya. NATO menjadi respon langsung apa yang kemudian disebut Winston Churchill sebagai “Tirai Besi.”

Pada saat itu, perencana Amerika dan Eropa Barat meyakini jika pecah perang antara Barat dan Stalin Rusia, akan cukup logis pertempuran akan berlangsung di Eropa.

Misi strategis NATO adalah untuk mencegah kehancuran aliansi dengan kekuatan militer. Penting untuk mencapai empat hal dalam perang  yakni mendapatkan superioritas udara, menjaga jalur komunikasi laut terbuka ke Amerika Utara, mempertahankan keutuhan wilayah Jerman Barat dan menghindari penggunaan senjata nuklir. Kehilangan satu dari empat hal di atas maka akan mempersulit NATO.

Pada tahun 1988, rencana NATO untuk pertahanan Eropa Barat adalah doktrin pertahanan garis depan, di mana pasukan Soviet dan Pakta Warsawa akan dihentikan sejauh mungkin dari perbatasan Jerman.

Sebuah pertahanan berlapis yang berdasarkan pada pengalaman di Front Timur Perang Dunia II telah terbukti unggul-akan mengancam hampir seluruh penduduk Jerman Barat dan butuh 40 tahun pembangunan kembali pasca perang.

NATO tampaknya tidak punya rencana pertempuran terpadu selain untuk membuat “garis manusia” untuk mengadang pasukan Soviet dan Pakta Warsawa sebelum perbatasan.

Pasukan Angkatan Darat Jerman Barat, tidak fleksibel pada tingkat strategis, diharapkan akan fleksibilitas di tingkat taktis. Amerika Serikat menyusun Airland Battle, sebuah doktrin yang menetapkan unit darat dan udara akan bekerja sama untuk menyerang musuh secara bersamaan, dari pertempuran garis depan sampai jauh di belakang garis musuh.

NEXT: PERTEMPURAN LAUT DAN UDARA