China mengerahkan dua jet tempur dan tiga kapal perang pada Selasa 10 Mei 2016 setelah sebuah kapal angkatan laut Amerika Serikat USS William P. Lawrence berlayar di dekat dengan karang yang disengketakan di Laut China Selatan.
Beijing mengirimkan dua tempur J -11, pesawat angkut Y-8 untuk segera melakukan patroli di wilayah tersebut. Selain itu Angkatan Laut China juga mengerahkan kapal fregat Guangzhou, Mianyang dan Linfen.
China telah menuduh AS mengancam perdamaian di wilayah tersebut, mengatakan bahwa kapal perang tersebut ilegal memasuki perairan China. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan kepada Xinhua bahwa tindakan angkatan laut AS dirancang untuk mengganggu.
Sementara Kementerian Pertahanan China mengatakan patroli AS telah membuktikan bahwa konstruksi fasilitas defensif di Kepulauan Nansha benar-benar masuk akal dan benar-benar diperlukan.
Kepulauan Nansha adalah nama yang diberikan China untuk Kepulauan Spratly yang disengketakan di mana China telah melakukan reklamasi termasuk untuk landasan pacu sepanjang 3.000 meter. Sebagai tanggapan, AS telah meningkatkan patroli dan latihan angkatan laut di daerah.
Juru Bicara Pentagon Bill Urban mengatakan kapal perusak berpeluru kendali, USS William P. Lawrence, berlayar pada jarak 12 mil laut dari Fiery Cross Reef sebagai upaya menantang klaim berlebihan China.
“Klaim maritim yang berlebihan tidak sesuai dengan hukum internasional yang tercermin dalam Konvensi Hukum Laut dan mereka bermaksud untuk membatasi hak navigasi di mana Amerika Serikat dan semua negara berhak untuk latihan,” kata Urban dalam sebuah pernyataan email kepada Reuters.