China akan meluncurkan modul inti untuk pangkalan luar angkasanya pada 2018 sebagai bagian rencana mengelola pangkalan antariksa berawak pada 2022.
Memajukan program luar angkasa China adalah prioritas bagi Beijing, dengan Presiden Xi Jinping meminta negaranya mengembangkan kekuatan di luar angkasa.
China bersikeras bahwa program luar angkasanya untuk perdamaian, namun Departemen Pertahanan Amerika Serikat menyorot pertumbuhan kemampuan luar angkasanya, dengan mengatakan bahwa negara itu melakukan kegiatan untuk mencegah lawan menggunakan sejumlah aset luar angkasa saat terjadi sengketa.
Modul inti untuk pangkalan luar angkasa itu akan disebut “Tianhe-1” atau galaksi Bima Sakti dalam bahasa Mandarin. “Dua laboratorium luar angkasa akan diluncurkan setelah itu dan akan bergabung bersama dengan modul inti, Tianhe-1,” kata Wang Zhingyang, juru bicara Perusahaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Luar Angkasa kepada Xinhua Kamis 21 April 2016. Dia mengatakan pembangunan pangkalan luar angkasa diperkirakan akan rampung pada 2022.
Wang menambahkan bahwa jika pangkalan udara internasional, yang telah diperpanjang masa operasionalnya akan diberhentikan pada 2024 mendatang, maka pangkalan luar angkasa China akan menjadi satu-satunya yang beroperasi di luar angkasa.
Dalam sebuah misi luar angkasa berawak pada 2013 lalu, tiga orang astronot dari China menghabiskan waktu 15 hari di orbit dan bergabung dengan sebuah laboratorium percobaan luar angkasa, Tiangong 1, yang berarti “Tempat Surgawi” dalam bahasa Mandarin.
Pada tahun ini, China akan meluncurkan pesawat luar angkasa Tiangong 2 dan Shenzou 11, yang akan membawa dua orang astronot dan bergabung dengan Tiangong 2, Xinhua menambahkan. Pada tahun depan, pesawat kargo pertama China, Tianzhou 1 akan mencoba bergabung dengan Tiangong 2, media itu menambahkan.
China juga merencanakan sebuah teleskop luar angkasa yang mirip dengan Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang akan “berada di tempat luar angkasa yang berbeda dan berada di orbit yang sama dengan pangkalan luar angkasa,” Wang menambahkan.
China bergerak mengembangkan program luar angkasanya untuk kepentingan militer, komersial dan penelitian, namun masih mengikuti negara dengan kekuatan luar angkasa lain seperti Rusia dan Amerika Serikat.
Penjelajah luar angkasa China, Kelinci Giok, melakukan pendaratan di bulan pada akhir 2013 dan menimbulkan kebahagiaan nasional, namun kemudian terjadi beberapa kesalahan teknis.
Alat penjelajah Kelinci Giok dan Chang’e 3 yang membawanya ke bulan menandai sebuah “pendaratan mulus” di bulan sejak 1976. Amerika Serikat dan Uni Soviet telah melakukan hal yang serupa terlebih dahulu.
China menguji sejumlah misil anti-satelit dan pada Mei 2013 lalu, China juga meluncurkan sebuah objek ke luar angkasa dengan sebuah misil balistik dengan ketinggian lebih dari 30.000 kilometer, menempatkannya di dekat orbit geosynchronous, dimana banyak negara menempatkan sejumlah satelit komunikasi dan pemantau bumi.