Mencari siapa yang memulai ketegangan di Eropa Timur seperti mencari lebih dulu mana antara ayam dan telur. Baik Rusia atau NATO dan Amerika masing-masing mengatakan apa yang dilakukan sebagai respons dari apa yang mereka rasakan
Perhatian utama Rusia adalah modernisasi terbesar NATO sejak Perang Dingin, yang kemungkinan akan mencakup pembangunan militer di Eropa Timur dengan merotasi pasukan multinasional di Polandia dan Baltik. Hal ini menjadikan Rusia harus melakukan gerakan untuk melindungi diri sendiri.
NATO mengatakan rencana ini sebagai respon proporsional dengan agresi Rusia setelah aneksasi Moskow Krimea, dan aliansi tidak memiliki angkatan di Eropa Timur sebelum krisis Ukraina.
Polandia dan anggota NATO lainnya di Baltik khawatir tentang peningkatan kehadiran militer Rusia di kantong Kaliningrad, di mana Rusia menempatkan rudal permukaan ke-udara lagi.
Sidang Dewan NATO-Rusia, terakhir bertemu pada bulan Juni 2014 dilakukan lagi sebagai upaya untuk meredakan kekhawatiran Rusia bahwa negara itu merasa terancam oleh NATO. Tapi perbedaan inti jelas tetap ada setelah pertemuan tersebut.
Utusan NATO telah menyatakan kecemasan dengan Rusia dengan menyebut latihan cepat Rusia di mana ribuan tentara melakukan latihan perang tanpa peringatan sebelumnya. “Itu jelas tidak stabil,” kata seorang diplomat NATO sebagaimana dikutip Reuters.
Stoltenberg mengatakan anggota NATO menolak keterangan Grushko bahwa krisis di Ukraina timur sebagai perang saudara. “Dalam pertemuan itu, itu kembali menegaskan bahwa kita tidak setuju pada fakta-fakta, pada narasi dan tanggung jawab di dalam dan sekitar Ukraina,” kata Stoltenberg setelah pertemuan.
“Banyak sekutu tidak setuju ketika Rusia mencoba menggambarkan ini sebagai perang saudara. Ini adalah tindakan Rusia untuk mendestabilisasi timur Ukraina, memberikan dukungan untuk separatis, amunisi, dana, peralatan dan juga komando dan kontrol,” katanya. “Jadi ada perbedaan pendapat yang mendalam,” katanya.
Rusia sendiri selalu membantah keterlibatan mereka di krisis di Ukraina timur. Agresivitas militer Rusia termasuk dalam insiden maritim 11 dan 12 April 2016 di Laut Baltik juga sebagai bentuk respons terhadap kapal perang Amerika.
Insiden di kawasan Baltik antara jet tempur Rusia dan kapal perang serta pesawat Amerika terus memunculkan keteganagan. Rusia menuduh Amerika Serikat telah melakukan intimidasi dengan mengirim kapal perusak angkatan laut AS di dekat perbatasan Rusia di Baltik. Moskow juga memperingatkan bahwa militer Rusia akan menanggapi dengan “semua langkah yang diperlukan” untuk setiap insiden di masa depan.
Berbicara setelah pertemuan antara utusan NATO dan Rusia, yang merupakan pertama setelah dua tahun tidak dilakukan, Duta Besar Moskow untuk NATO Alexander Grushko mengatakan insiden maritim pada 11 dan 12 April 2016 menunjukkan tidak akan ada perbaikan dalam hubungan sampai aliansi pimpinan AS menarik diri dari perbatasan Rusia.
“Ini adalah tentang upaya untuk latihan tekanan militer pada Rusia,” kata Alexander Grushko, kata. “Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan, tindakan pencegahan, untuk mengimbangi upaya ini dengan menggunakan kekuatan militer,” katanya kepada wartawan.
Jadi siapa yang memulai? Ayam atau telur yang pertama ada?
Baca juga: