China sedang mengembangkan dua jet tempur siluman, drone siluman, rudal balistik dan rudal jelajah. Namun satu yang Beijing belum terlihat melakukannya saat ini adalah mengembangkan bomber baru. Akhirnya Angkatan Udara China masih tertangung pada upgrade Xian H-6K yang merupakan turunan dari pesawat kuno era Soviet Tu-16 Badger yang dipersenjatai dengan sejumlah rudal jelajah.
Mengingat ukuran Pasifik dan rentang pesawat Amerika dan China harus terbang di wilayah yang sangat luas dalam hal terjadi konflik. Maka sebenarnya sangat logis jika China mengembangkan bomber jarak jauh yang bisa menyerang pangkalan Amerika yang lebih jauh, kapal induk Amerika atau bahkan daratan Amerika.
Apalagi jika pasukan AS menyerang daratan China ketika perang maka Beijing hanya memiliki dua pilihan yang dapat digunakan untuk menyerang kembali. Satu dengan senjata nuklir yang berarti akan menandai dimulainya Perang Dunia III, atau dengan serangan non-kinetic cyber-attacks. Tapi pada akhirnya dibutuhkan sarana untuk kembali ke perang dengan senjata konvensional.
Ada rumor santer bahwa China telah mencoba untuk membeli lini produksi Tu-22M Backfire dari Rusia. Dan masuk akal jika China berupaya untuk membeli bomber ini mengingat strategi dari anti acces/areal denial mereka diambil dari doktrin Uni Soviet. Soviet, juga, membayangkan kombinasi kapal selam, kapal dan bomber yang membawa rudal jelajah untuk melawan kelompok tempur kapal induk.
Upgrade H-6K memang platform berguna, tetapi bomber yang lebih baru akan sangat meningkatkan kempuan China. Bahwa platform baru bisa bomber siluman jarak jauh siluman atau bomber pembawa rudal stand-off mirip Tu-160 Blackjack.