China telah menjadi eksportir senjata terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat dan Rusia. Pada saat yang sama, produsen senjata China terus mengejar ceruk mereka di pasar global.
Surat kabar China People Daily baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel tentang kemungkinan pembeli senjata buatan China, terutama yang jet tempur baru FC-20.
“Beberapa calon pembeli negara tidak memiliki hubungan militer dengan Barat,” tulis artikel itu. Negara-negara itu berada di wilayah Asia, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Selatan.
Pada saat yang sama, tulis Koran itu sebagaimana dikutip Sputnik Minggu 27 Maret 2016, AS menganggap ekspor senjata sebagai “indikator diplomatik” yang membedakan siapa teman dan siapa musuh. Sementara China bebas dari prasangka politik dalam perdagangan senjatanya.
Senjata buatan China memiliki permintaan tinggi karena harga yang jauh lebih rendah dengan kualitas yang tidak kalah dengan analog Barat mereka.
Jet tempur J-15 adalah salinan dari pesawat Su-33 buatan Rusia, sedangkan J-31 didasarkan pada F-35B Amerika. Dan masih banyak lagi senjata China yang dibangun mirip dengan senjata negara lain. Industri pertahanan China telah menyalin banyak jenis perangkat keras militer, termasuk tank, artileri, kendaraan tempur, senjata.
Beijing tidak peduli dengan pasar mana yang dipegang China. Bulan ini, pemerintah telah mengumumkan dua inisiatif utama dalam masalah ini. Pertama, industri pertahanan China meski dia swasta secara ketat dikontrol oleh pemerintah, dan setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50 karyawan diawasi oleh seorang pejabat partai.
Kedua, China berenana membuat sebuah lembaga riset pertahanan (seperti DARPA di AS). Berbeda dengan lembaga AS, lembaga China akan mengawasi industri.
Badan ini akan menjalankan program penelitian, mempromosikan inovasi dan mengintegrasikan mereka dengan Angkatan Bersenjata China.
Skenario yang mungkin adalah bahwa sebagian besar riset pertahanan China akan dilakukan oleh perusahaan milik negara, bukan oleh perusahaan swasta.
Saat ini, ada sekitar 1.000 perusahaan pertahanan swasta yang beroperasi di China, meningkat 127 persen dibandingkan tahun 2010. Mereka dikendalikan oleh Administration for Science, Technology and Industry for National Defense (SASTIND). Tahun ini, SASTIND akan mengintensifkan upaya untuk membangun ekspor senjata China dan mengembangkan industri pertahanan berorientasi ekspor.