Pada 7 Maret 2016 India berhasil menguji SLBM (Sea Launched Ballistic Missile) K-4 dalam kondisi yang realistis. Rudal ini diluncurkan dari silo terendam (seperti yang digunakan di kapal selam) yang berhasil merilis rudal dari bawah air yang cukup dalam.
Rudal mencapai permukaan kemudian menyalakan motor roket dan menyelesaikan penerbangan seperti yang dirancang. Beberapa sukses seperti ini diperlukan sebelum K-4 bisa masuk layanan.
K-4 didasarkan pada rudal balistik berbasis darat Agni 3, yang telah dalam pelayanan sejak 2010. Agni 3 dan K-4 memiliki jangkauan 3.500 kilometer. K-4 merupakan rudal dua tingkat berbahan bakar pada dengan berat 20 ton. Rudal ini bisa membawa satu ton hulu ledak.
Sebulan sebelum tes K-4, kapal selam nuklir rudal balistik INS Arihant seberat 6.000 ton menyelesaikan percobaan laut dan siap untuk masuk layanan setelah 12 tahun perencanaan dan konstruksi. Arihant dibangun untuk membawa K-4 atau rudal balistik K15 yang dirancang dan diproduksi di India. Arihant yang berarti Enemy Destroyer atau penghancur musuh memiliki empat tabung peluncuran vertikal, yang dapat membawa 12 (tiga per peluncuran) rudal K15 atau 14 K-4. Dua rudal ini akan menjadi kekuatan penghancur bagi sang penghancur.
Arihant didasarkan pada kapal selam Rusia Charlie II yang memiliki delapan tabung peluncuran untuk rudal anti-kapal. Arihant memiliki 90-100 awak dan enam tabung torpedo 533mm (21 inch) selain empat tabung peluncuran rudal vertikal. Dua Arihant lagi sedang dibangun.

Pada awal 2013 K15 menjalani tes pengembangan akhir dan siap untuk dipasang di Arihant. Pada tahun 2007, India mengumumkan bahwa mereka telah menyempurnakan teknologi untuk meluncurkan rudal balistik dari sebuah kapal selam yang berendam. Itu berarti desain silo juga telah disempurnakan. Pada tahun 2008, India memulai 12 uji dari rudal yang dirancang untuk masuk ke dalam Arihant. Uji tembak ini tidak dilakukan dari Arihant tetapi dari cell yang ditempatkan di tanah atau bawah laut untuk mensimulasikan peluncuran dari kapal selam. Tujuh peluncuran berlangsung pada tahun 2008.
Seberat tujuh ton K15 memiliki jangkauan 700 kilometer dengan satu ton hulu ledak atau 1.900 kilometer dengan 189 kg hulu ledak. Berat terakhir cukup untuk menangani hulu ledak nuklir jika India telah berhasil mengembangkan teknologi hulu ledak ke titik yang sama dengan AS dan Rusia di tahun 1980-an.
SLBM pertama dalam sejarah adalah Polaris A1 milik Amerika yang dimulai pembangunan pada tahun 1950 dan mulai beroperasi pada 1961. Seperti K15, Polaris juga merupakan rudal dua tahap bahan bakar padat dengan berat 13 ton dan memiliki jangkauan 2.200 kilometer dengan satu ton hulu ledak.