Setelah beberapa dekade terisolasi dari pasar senjata internasional, Iran bersiap-siap untuk belanja militer. Tertinggal dari pesaing regional yang dilengkapi dengan senjata Amerika, Teheran pun menatap Moskow untuk bisa mendapatkan jalan keluar.
Pada tanggal 15 Februari, Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan mendarat di Moskow untuk kunjungan dua hari. Menurut laporan media, Teheran datang dengan daftar belanja sebesar US$8 miliar, termasuk untuk membeli pesawat tempur Su-30, pesawat latih Yak-30, helikopter militer seperti Mi-8 dan Mi-17, sistem rudal pertahanan pesisir K-300, kapal permukaan baru, dan juga kapal selam diesel-listrik baru.
Iran dikatakan paling tertarik dengan fighter multirole Su-30, yang secara drastis akan mengungguli apa pun yang ada di gudang mereka. Di bawah sanksi sejak tahun 1979, angkatan udara Iran saat ini menerbangkan pesawat gado-gado dari pesawat tempur Amerika era-Vietnam F-4 Phantom dan F-14 Tomcat selain juga memiliki pesawat tua yang dibangn Rusia dan China.
Rusia adalah tempat yang baik untuk pergi berbelanja peralatan militer, terutama bagi Iran. Rusia selalu menawarkan senjata berkemampuan tinggi tetapi tidak semahal apa yang dijual Barat.
Ini adalah pasar di mana Moskow berkembang. Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Stockholm International Peace Research Institute pada 22 Februari, Rusia menduduki posisi kedua setelah Amerika Serikat dalam penjualan senjata global.
Analis menghitung bahwa Iran perlu menghabiskan sampai US$ 40 miliar dalam jangka panjang untuk sepenuhnya mengubah gudang militernya dari museum berisi senjata kuno menjadi sebuah kekuatan baru yang jauh lebih mampu. Tetapi US$ 8 miliar yang dibawa ke Moskow oleh Menteri Pertahanan adalah investasi yang signifikan. Menurut Ben Moores, seorang analis senior di konsultan pertahanan internasional IHS, anggaran tersebut akan memberikan “sekitar 160 jet tempur multirole.”
Dia mencatat, jumlah itu terlalu banyak untuk kebutuhan Iran. “Mereka juga bisa membeli beberapa kapal, kapal selam upgrade kelas Kilo mereka, dan mungkin membeli beberapa frigat baru [dan] sistem pertahanan udara tambahan,” katanya.
Secara keseluruhan, sebuah kesepakatan senjata Rusia-Iran bernilai miliaran dolar jelas akan mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah. Namun kesepakatan masih membutuhkan persetujuan oleh Dewan Keamanan PBB, di mana Amerika Serikat memiliki hak untuk membunuh kesepakatan dengan hak vetonya.