Jelang Gencatan Senjata di Suriah, Rusia Tingkatkan Gempuran
Su-34

Jelang Gencatan Senjata di Suriah, Rusia Tingkatkan Gempuran

Pesawat-pesawat tempur Rusia mengintensifkan serangan udara pada kubu-kubu pemberontak di Suriah pada Jumat 26 Februari 2016 beberapa jam sebelum gencatan senjata mulai berlaku. Hal itu dilaporkan pemantau untuk Hak Asasi Manusia Suriah.

Gencatan senjata terbatas antara pasukan pemerintah dan pemberontak akan berlaku pada Jumat tengah malam waktu Damaskus. Kesepakatan gencatan senjata itu tidak berlaku bagi kelompok ISIS dan Al-Qaeda yang bergabung dengan Fron Al-Nusra.

“Dari kemarin malam sampai pagi ini terjadi serangan udara Rusia yang lebih intensif daripada biasanya pada benteng pemberontak termasuk di Ghouta Timur di bagian timur Damaskus, di bagian utara provinsi Homs dan di sebelah barat provinsi Aleppo,” kata pemimpin pemantau Rami Abdel Rahman Jumat.

Serangan udara yang menghantam daerah Qabtan Al Jabal, Provinsi Aleppo, yang dikuasai pemberontak bukan golongan garis keras menewaskan delapan anggota dari keluarga yang serupa, termasuk tiga anak-anak pada Kamis (25/2) malam, kata pemantau.

“Ada sedikitnya 25 serangan udara di Ghouta Timur,” sebuah benteng pemberontak utama tempat kelompok oposisi yang paling berkuasa, yakni gerakan Jaish al-Islam, kata Abdel Rahman.

“Sedikitnya 10 serang udara menghantam daerah Douma”, kata pemantau yang bermarkas di Inggris, yang mengandalkan jaringan luas dari sumber di Suriah. “Pada saat yang sama, pasukan pemerintah dengan kuat menembaki kota itu,” kata Abdel Rahman.

“Itu lebih intensif daripada biasanya. Seolah-olah mereka [Rusia dan pemerintah] ingin menaklukkan pemberontak di wilayah ini atau mencetak poin sebelum gencatan senjata,” katanya.

Serangan udara Rusia juga menghantam daerah Daret Ezza di barat provinsi Aleppo dan kota Talbisseh di provinsi Homs. Di daerah-daerah ini, seperti di Ghouta, pemberontak melebihi jumlah petempur Nusra, kata pemantau.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov membantah laporan pemantau itu. “Angkatan udara Rusia tentu melanjutkan operasinya di Suriah” tapi melawan “organisasi teroris,” katanya.

Sejak Moskow melancarkan serangan udara di Suriah pada September, Rusia telah dituduh menyerang kelompok pemberontak bukan golongan garis keras dalam mendukung pemerintah Damaskus, sekutu lamanya.

Abdel Rahman mengatakan pelaksanaan gencatan senjata terbatas akan menjadi rumit karena Nusra bersekutu dengan pemberontak Islam dan bukan Islam di beberapa bagian Suriah. “Wilayah mereka saling tumpang tindih terutama di provinsi Idlib dan Aleppo. Itu akan menjadi sangat rumit,” ujar Abdel Rahman.

Lebih dari 270.000 orang telah tewas sejak perang meletus pada Maret 2011, dan jutaan telah mengungsi.