Thailand akhirnya mengumumkan bahwa mereka sedang membentuk sebuah komite untuk mengevaluasi tank China dan Rusia dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan main battle tank (MBT) untuk Angkatan Darat mereka. Hal ini akan mempersengit persaingan Beijing dan Rusia untuk memperebutkan pasar kendaraan lapis baja.
Thailand awalnya membantah laporan media bahwa mereka sedang mempertimbangkan membeli tank buatan Rusia, T-90 (M) S. Dan sekarang, menurut kementerian Thailand pertahanan, panitia pengadaan telah mempertimbangkan dua model MBT yakni produksi China dan Rusia.
Juru bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand Kolonel Winthai Suvaree menekankan bahwa militer akan membuat keputusan berdasarkan efektivitas biaya. “Angkatan Darat menyadari itu uang rakyat,” katanya. Dia tidak merinci kapan seleksi akan dilakukan.
Menteri Pertahanan Thailand, Prawit Wongsuwon, akan mengunjungi Rusia pada akhir Februari dan memeriksa MBT S T-90 (M), sedangkan kepala RTA, General Thirachai Nakwanich, mengunjungi China pada akhir Januari untuk memeriksa MBT3000 atau VT-4. Sebuah delegasi Thailand mengunjungi produsen tank tempur Rusia Uralvagonzavod pada akhir Desember 2015 dan menyatakan minatnya baik pada T-90S dan T-14 Armata.
MBT3000 dan T-90 (M) S keduanya didasarkan pada T-72 era-Soviet dan dipersenjatai dengan meriam smoothbore 125-mm sebagai sistem senjata utama mereka. Kedua tank juga mampu menembakkan rudal anti-tank, meskipun pembuat tank China Norinco mengklaim bahwa MBT3000 memiliki sistem kontrol tembakan lebih superior daripada tank buatan Rusia, termasuk T-14 Armata. Selain itu, kedua tank siap untuk produksi.
Pada tahun 2011, Thailand menempatkan order sebesar US$240 juta untuk pembelian 49 T-84 MBT ‘Oplot-M’ dari Ukraina ditambah sejumlah kendaraan dukungan dengan Ukrspetsexport, kontraktor pertahanan milik negara Ukraina. Namun, pada akhir 2015, hanya sepuluh tank telah dikirim ke Royal Thai Army, menyebabkan kekecewaan Angkatan Darat Kerajaan Thailand.
Lima tank tambahan dijadwalkan untuk pengiriman pada awal 2016, menurut Ukrspetsexport, meskipun sumber-sumber mengatakan bahwa Bangkok mungkin memilih keluar dari kontrak karena penundaan terlalu lama.
Jumlah yang tepat dari MBT yang Royal Thai Army membutuhkan tidak diketahui, meskipun ada laporan bahwa Thailand berencana untuk membeli sekitar 200 MBT baru untuk formasi lapis baja selama beberapa tahun.
Dari tahun 1992 sampai tahun 2013, industri pertahanan Rusia menjual 1.297 MBT, sedangkan pembuat tank China mengekspor total 461 MBT, menurut data dari Register of Conventional Arms PBB. Persaingan antara kedua negara untuk pangsa pasar di negara berkembang akan sengit.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/01/18/5-wilayah-pertempuran-senjata-rusia-vs-china/