Perang Sipil Suriah mencapai titik balik. Selama dua minggu terakhir, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad merebut beberapa desa di utara Aleppo, kota terbesar di negara itu dan salah satu benteng terakhir para pemberontak.
Pasukan pemerintah telah memotong kelompok anti-rezim di Aleppo dari jalur pasokan mereka terakhir dari Turki, dan menempatkan Assad dalam posisi untuk merebut kembali kota yang memiliki populasi sebelum perang sekitar 2 juta.
Keunggulan Assad tidak lepas dari dukungan asing. Iran dikabarkan telah memaksa pengungsi Afghanistan untuk berperang di Suriah ketika Hizbullah, proksi Lebanon Iran, telah kehilangan sepertiga pejuangnya yang tewas atau terluka dalam perang di negara itu. Dan serangan ofensif ke Aleppo tidak akan terjadi tanpa dukungan Rusia. Damaskus sendiri gagal untuk merebut kembali wilayah yang cukup besar itu ketika pertama kali meluncurkan serangan ke Aleppo enam bulan yang lalu.
Sebuah peta dari Fabrice Balanche, visiting fellow at the Washington Institute of Near East Peace memberikan gambaran tentang apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya di Suriah. Dengan pasukan Assad dan milisi Kurdi yang belum tentu menentang rezim, sekarang dalam posisi untuk merebut kembali keseluruhan dari perbatasan Turki-Suriah.
Pada saat yang sama, kekalahan pemberontak di Aleppo berarti Assad sekarang mungkin memiliki kesempatan untuk menyerang ISIS di Raqqa dengan menyapu seluruh Suriah timur. Dalam waktu dekat tampak menjanjikan rezim, seperti yang ditunjukkan peta memiliki kesempatan untuk merebut kembali Aleppo.