Reformasi Militer China Bentuk Respons Atas Amerika

Reformasi Militer China Bentuk Respons Atas Amerika

Reformasi militer China makin dipercepat sejak Xi Jinping berkuasa pada 2012, membuat kemajuan terus menerus dan saat ini negara tersbut tengah fokus pada reformasi organisasi dan restrukturisasi.

Reorganisasi dilakukan saat Beijing lebih tegas tentang sengketa teritorial di Laut China Selatan. Negara ini merasa perlu untuk memodernisasi sistem manajemen tentaranya dan mengatasi setiap masalah organisasi.

Oleh karena itu, pada tanggal 31 Desember 2015, Komisi Militer Pusat secara resmi mengubah struktur organisasi Tentara Pembebasan Rakyat dengan membentuk tiga organisasi baru yakni Army Leading Organ, the Rocket Force, dan Strategic Support Force

Army Leading Organ akan menjadi menjadi perintah terpusat, yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan operasi bersama antara cabang PLA yang berbeda, yang telah lama menjadi tujuan reformasi militer China.

Sedangkan Rocket Force adalah versi upgrade dari kekuatan rudal nuklir strategis PLA, Korps Artileri 2, dan menurut Defence One tampaknya menjadi pengakuan formal dari peran cabang tingkat korps yang telah lama bermain.

Angkatan baru juga mendirikan Strategic Support Force (SSF) Tentara Pembebasan Rakyat akan mengambil alih ruang angkasa, dunia maya dan operasi perang elektronik, menurut seorang pakar senior yang PLA.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh PLA Daily, Yin Zhuo, Ddirektur Ahli Komite Konsultasi Angkatan Laut PLA, mengatakan misi  SSF adalah untuk memastikan bahwa superioritas militer PLA bisa dipertahankan di ruang angkasa dan di Internet.

“Untuk lebih spesifik, tanggung jawab layanan termasuk pengintaian dan pelacakan target, operasi global positioning dan manajemen asset ruang angkasa, serta pertahanan terhadap perang elektronik dan kegiatan bermusuhan di dunia maya,” katanya. “Ini semua adalah faktor utama yang akan menentukan apakah kita bisa memenangkan perang di masa depan.”

Dalam sebuah wawancara dengan Sputnik, Vasily Kashin dari Center for Analysis of Strategies and Technologies yang berbasis di Moskow menggambarkan reformasi besar-besaran yang sedang berlangsung dari Tentara Pembebasan Rakyat China sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah negara itu.

“Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menghadapi banyak tantangan, termasuk pertumbuhan aktivitas Amerika di Laut China Selatan, yang Beijing harus merespon dengan apa yang dilakukan sekarang ini. Dilihat oleh reformasi militer yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping, respon akan sangat serius, “kata Kashin.

Dia menambahkan bahwa meskipun transformasi militer mungkin akan mengakibatkan reaksi negatif dari berbagai tokoh politik dan militer di China, Beijing harus melipatgandakan upaya untuk memastikan reformasi tetap berjalan.

Baca juga:

Reformasi Militer China: Tetap Bergaya Rusia, Atau Beralih ke Barat?