Dengan konflik berkecamuk di beberapa negara – terutama Irak, Suriah dan Yaman – dan semakin aktifnya teroris telah menargetkan warga sipil Barat di Mesir, Prancis dan Tunisia, 2015 telah menandai adanya krisis dan ketidakstabilan yang masih akan berlanjut di tahun depan.
Moskow meningkatkan tekanan dalam menyerang target ISIS dan pemberontak di Suriah dengan mengerahkan kontingen pesawat tempur dan helikopter yang siginifkan. Negara ini tidak hanya mengirimkan jet tempur untuk berbasis di Suriah, juga mengerahkan bomber jarak jauh mereka yang melakukan serangan pulang pergi ke Suriah. Intervensinya kampanye udara yang dipentaskan oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya terhadap militan ISIS telah meningkatkan kekhawatiran terjadinya bentrokan antara negara-negara yang mengklaim memiliki tujuan yang sama tersebut.
Ketegangan mencapai puncak tertinggi baru pada akhir November, menyusul jatuhnya Sukhoi Su-24 Rusia yang ditembak oleh F-16 Turki. Konflik udara yang sangat langka dalam beberapa dekade terakhir. Keputusan Moskow untuk menyebarkan sistem rudal permukaan ke udara S-400 dan pesawat tempur yang dipersenjatai dengan rudal udara ke udara, memberi semacam gambaran bahwa Su-24 tidak akan menjadi pesawat terakhir yang jatuh ditembak di kawasan tersebut. Suriah memang telah menjadi wilayah pertempuran dengan begitu banyak pemain yang berjalan sendiri-sendiri.
Di Baltik, situasi belum akan reda sepenuhnya. Situasi yang menyeret kembali ke suasana perang dingin setelah Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina hingga meningkatkan aktivitas NATO Baltik. Niat Rusia sampai saat ini tetap sulit dibaca. Aset koalisi sibuk menanggapi pesawat Moskow dengan menggelar misi pengawaan udara Baltik dengan mengambil pangkalan di Estonia dan Lithuania. Mereka didukung oleh jet tempur dalam status reaksi cepat di lokasi lain, termasuk Norwegia, Polandia dan Swedia.
Sementara pasukan udara regional – termasuk dari Bahrain, Yordania, Maroko, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab – telah berpartisipasi dalam pertempuran bersama Inggris dan Amerika Serikat untuk melawan ISIS dan beberapa dari mereka telah kehilangan pesawat.
Dengan fokus operasional di garis depan, kebutuhan untuk berpartisipasi dalam latihan besar juga telah tetap penting. Contoh penting selama 2015 termasuk manuver besar latihan Trident Juncture NATO – yang melibatkan lebih dari 36.000 personel dari 30 negara – dan angkatan udara Blue Flag Israel. Yang terakhir dn lebih menarik adalah keterlibatan pesawat Yunani, Polandia dan Amerika Serikat.
Ketidakstabilan yang terus terjadi di Timur Tengah kemungkinan besar akan terus terjadi di tahun depan bahkan sangat berpotensi lebih panas.
Pemboman MetroJet Airbus A321 Rusia yang terbang dari Sharm el-Sheikh di Mesir pad akhir Oktober menjadi ancaman besar bagi maskapai sipil. Sebanyak 224 penumpang dan awak tewas akibat serangan terhadap pesawat Rusia tersebut.