
ISIS hanya dapat dikalahkan jika pimpinan AS dan Eropa memahami bahwa kebijakan mereka yang ditujukan untuk mengubah rezim di Timur Tengah telah membantu melahirkan kelompok brutal untuk berkembang. Amerika sesungguhnya menjadi “ibu” yang melahirkan kelompok yang mereka sebut sebagai teroris.
Jatuhnya jet penumpang Rusia di Mesir, serangan ke Paris, pengeboman mematikan di Beirut dan aksi teroris lainnya yang didalangi oleh ISIS merupakan akibat dari kontraterorisme multinasional di Suriah yang tanpa mau melihat ujung paling jauh dari penyebab munculnya gerakan keras tersebut..
“Memang menyakitkan untuk mengakui, karena Barat, khususnya Amerika Serikat, memikul tanggung jawab yang signifikan untuk menciptakan kondisi di mana ISIS telah berkembang. Hanya perubahan AS dan kebijakan luar negeri Eropa terhadap Timur Tengah dapat mengurangi risiko terorisme lanjut, ” tulis Direktur Earth Institute di Columbia University Jeffrey Sachs di Project Syndicate Jumat 20 November 2015.
Ekonom terkemuka ini menyebutkan serangan yang terjadi baru-baru ini sebagai “blowback terrorism.” Hal ini sebagai konsekuensi dari aksi militer baik yang rahasia maupun terbuka oleh AS dan Eropa untuk menggulingkan pemerintah di Afrika dan negara-negara Timur Tengah untuk dan menginstal rezim sesuai dengan kepentingan Barat.
Upaya ini juga termasuk operasi yang dipimpin CIA untuk menciptakan kekuatan yang untuk mengusir Uni Soviet dari Afghanistan. Pejuang muda Sunni direkrut, dilatih dan dipersenjatai oleh intelijen AS yang kemudian dikenal sebagai Mujahidin.
“Dengan mempromosikan visi jihad untuk membela negeri Islam (Darul Islam) dari pihak luar, CIA menghasilkan kekuatan tempur ribuan pemuda memicu untuk pertempuran. Ini adalah pertempuran awal ini kekuatan dan ideologi yang memotivasi itu yang saat ini masih menjadi dasar dari pemberontakan jihad Sunni, termasuk ISIS, ” jelas Sachs.
Pada 1990-an, Mujahidin mengarahkan upaya mereka terhadap negara yang membantu menciptakan mereka. Kecenderungan ini diperkuat dalam tahun 2000-an.