Amerika Serikat mengintensifkan serangan terhadap target ISIS di Suriah. Sejumlah pesawat tempur mereka pada Senin 16 November 2015 menghancurkan ratusan truk milik ISIS yang digunakan untuk menyelundupkan minyak dari Suriah.
Menurut data awal, sebanyak 116 truk hancur dalam serangan, yang terjadi di dekat Deir al-Zour, sebuah daerah di Suriah timur yang dikuasai oleh ISIS. Serangan udara yang dilakukan oleh empat pesawat A-10 dan dua pesawat serang besar AC-130 yang berbasis di Turki.
Para pejabat mengatakan rencana serangan sudah dilakukan sejak sebelum terjadinya teror Paris pada Jumat 13 November 2015.
Para pejabat Amerika, sebagaimana disebut New York Times telah lama frustrasi dengan kemampuan ISIS dalam menghasilkan puluhan juta dolar per bulan dengan memproduksi dan mengekspor minyak.
Untuk mengganggu sumber pendapatan kelompok ini, pejabat Amerika mengatakan pekan lalu bahwa Amerika Serikat telah meningkatkan serangan udara secara signifikan terhadap infrastruktur yang memungkinkan ISIS untuk memompa minyak di Suriah.
Hingga Senin, Amerika Serikat menahan diri untuk tidak menyerang armada yang digunakan untuk mengangkut minyak, diyakini berjumlah lebih dari 1.000 truk tanker, karena kekhawatiran tentang menyebabkan korban sipil. Akibatnya, sistem distribusi untuk mengekspor minyak oleh ISIS sebagian besar tetap utuh.
Kampanye baru ini bisa disebut dengan Tidal Wave II. Sebuah strategi yang dilakukan pada Perang Dunia II untuk melawan Nazi Jerman. Kala itu serangan menghancurkan industri minyak Rumania.
Untuk mengurangi risiko korban sipil, dua pesawat tempur F-15 menjatuhkan selebaran sekitar satu jam sebelum serangan agar para sopir meninggalkan kendaraan mereka. Baru setelah itu penyerangan dilakukan.
Wilayah di mana truk berkumpul di Suriah telah diawasi secara ketat oleh drone pengintai. Sebanyak 1.000 truk telah terdeteksi ada di sana menunggu untuk menerima muatan mereka.
“Pada hari Senin, 295 truk ada di daerah tersebut dan lebih dari sepertiga dari mereka hancur,” kata pejabat Amerika Serikat sebagaimana dikutip New York Times Selasa 17 November 2015.
Pesawat A-10 menjatuhkan tidak kurang dua lusin 500-pound dan melakukan pemberondongan dengan senjata Gatling 30-milimeter. Sementara AC-130 menyerang dengan Gatlinggun 30 milimeter dan meriam 105 milimeter.
“Pilot melihat beberapa driver berlarian ke tenda terdekat dan pilot tidak menyerang mereka dan tidak ada laporan tentang korban sipil,” tambah pejabat itu.
Kolonel Steven H. Warren, juru bicara American dipimpin koalisi di Baghdad, menegaskan bahwa A-10 dan AC-130 telah digunakan dalam serangan itu dan bahwa 116 truk tangki minyak telah hancur.
“Ini bagian dari rencana Tidal Wave II untuk menyerang distribusi penyelundupan minyak ISIS dan menurunkan kapasitas mereka dalam membiayai operasi militer mereka,” kata Kolonel Warren.